25 Apr 2012

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ASMA BRONKIAL

1.    PENGARTIAN

       Asma Bronkial adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai oleh spame akut otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran udara dan penurunan ventilasi alveolus.

       Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronchi berspon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.

       Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi ketika bronkus mengalami inflamasi/peradangan dan hiperresponsif.

2.    PENYEBAB

a.    Faktor Ekstrinsik (asma imunologik / asma alergi)

-    Reaksi antigen-antibodi

-    Inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang)

b.    Faktor Intrinsik (asma non imunologi / asma non alergi)

-    Infeksi : parainfluenza virus, pneumonia, mycoplasmal

-    Fisik : cuaca dingin, perubahan temperatur

-    Iritan : kimia

-    Polusi udara : CO, asap rokok, parfum

-    Emosional : takut, cemas dan tegang

-    Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.

(Suriadi, 2001 : 7)

3.    TANDA DAN GEJALA

1.    Stadium dini

Faktor hipersekresi yang lebih menonjol :

a.    Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek

b.    Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul

c.    Whezing belum ada

d.    Belum ada kelainan bentuk thorak

e.    Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E

Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan :

a.    Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum

b.    Whezing

c.    Ronchi basah bila terdapat hipersekresi

d.    Penurunan tekanan parsial O2

2.    Stadium lanjut/kronik

a.    Batuk, ronchi

b.    Sesak nafas berat dan dada seolah –olah tertekan

c.    Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan

d.    Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)

e.    Thorak seperti barel chest

f.    Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus

g.    Sianosis

h.    Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan kiri

i.    Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratori

4.    PATOFISIOLOGO / PATHWAYS

Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernapas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhiolus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.

Efek gabungan dari semua faktor - faktor ini akan menghasilkan edema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat. Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.

5.    TANDA DAN GEJALA

    Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan/tanpa stetoskop

    Batuk produktif, sering pada malam hari

    Nafas atau dada seperti tertekan, ekspirasi memanjang

 

6.    PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Spirometri

    Uji provokasi bronkus

    Pemeriksaan sputum

    Pemeriksaan cosinofit total

    Uji kulit

    Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum

    Foto dada

    Analisis gas darah

7.    PENGKAJIAN

a.    Awitan distres pernafasan tiba-tiba

       -  Perpanjangan ekspirasi mengi

       -  Penggunaan otot-otot aksesori          

       -  Perpendekan periode inpirasi

       -  Sesak nafas

 -  Restraksi interkostral dan esternal

 -  Krekels

b.    Bunyi nafas : mengi, menurun, tidak terdengar

c.    Duduk dengan posisi tegak : bersandar kedepan

d.    Diaforesis

e.    Distensi vera leher

f.    Sianosis : area sirkumoral, dasar kuku

g.    Batuk keras, kering : batuk produktif sulit

h.    Perubahan tingkat kesadaran

i.    Hipokria

j.    Hipotensi

k.    Pulsus paradoksus > 10 mm

l.    Dehidrasi

m.    Peningkatan anseitas : takut menderita, takut mati

8.    DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN TIMBUL

·         Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d bronkospasme : peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental : penurunan energi/kelemahan

·         Kerusakan pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen, kerusakan alveoli

·         Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan masukan oral

·         Kurang pengetahuan b.d kurang informasi/tidak mengenal sumber informasi

 

9.    INTERVENSI KEPERAWATAN

    DP          : Tidak efektifnya bersihan jalan nafas

    Tujuan    : Bersihan jalan nafas efektif

    KH          : - Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/jelas

                    - Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas

    mis         : batuk efektif dan mengeluarkan sekret

Intervensi

        Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, mis; mengi, krekels, ronki

        Kaji/pantau frekuensi pernafasan

        Catat adanya/derajat diespnea  mis : gelisah, ansietas, distres pernafasan, penggunaan otot bantu

        Kaji pasien untuk posisi yang nyaman mis : peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur

        Pertahankan polusi lingkungan minimum

        Dorong/bantu latihan nafas abdomen/bibir

        Observasi karakteristik batuk mis : menetap, batuk pendek, basah

        Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hr ss toleransi jantung dan     memberikan air hangat, anjurkan masukkan cairan sebagai ganti makanan

        Berikan obat sesuai indikasi

       Awasi/buat grafik seri GDA, nadi oksimetri, foto dada

    DP          :  Kerusakan pertukaran gas

    Tujuan    :  Pertukaran gas efektie dan adekuat

    KH          :    -Menunjukkan perbaikan vertilasi dan oksigen jaringan adekuat dalam  rentang normal dan bebas gejala distres pernafasan

                       -Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan /situasi

        

Intervensi

        Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan, catat penggunaan otot aksesori, nafas bibir, ketidak mampuan bicara/berbincang

        Tingguikan kepala tempat tidur, pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernafas, dorong nafas dalam perlahan / nafas bibir sesuai kebutuhan / toleransi individu.

        Dorong mengeluarkan sputum : penguapan bila diindikasikan.

        Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran udara dan / bunyi tambahan.

        Awasi tingkat kesadaran / status mental, selidiki adanya perubahan.

        Evaluasi tingkat toleransi aktivitas.

        Awasi tanda vital dan irama jantung.

        Awasi / gambarkan seri GDA dan nadi oksimetri.

        Berikan oksigen yang ssi idikasi hasil GDA dan toleransi pasien.

C.    DP           : Perubahan nutrisi kurang dari tubuh

        Tujuan    : Kebutuhan nutrisi terpenuhi

        Kh           : -    Menunjukan peningkatan BB

                         -    Menunjukan perilaku / perubahan pada hidup untuk meningkatkan dan / mempertahanka berat yang tepat.

Intervensi :

    Kaji kebiasaan diet, masukan makanan, catat derajat kesulitan makan, evaluasi BB.

    Avskultasi bunyi usus.

    Berikan perawatan oral sering, buang sekret.

    Dorong periode istirahat, 1jam sebelum dan sesudah makan berikan makan porsi kecil tapi sering.

    Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.

    Hindari maknan yang sangat panas / dingin.

    Timbang BB sesuai induikasi.

    Kaji pemeriksaan laboratorium, ex : alb.serum.

D.    DP     : Kurang  pengetahuan

    Tujuan      : Pengetahuan miningkat

    KH     : -    Menyatakan pemahaman kondisi / proses penyakit dan tindakan.

           -    Mengidentifikasi hubungan tanda / gejala yang ada dari proses penyakit dan menghubung dengan faktor penyebab.

           -    Melakukan perubahan pola hidup dan berparisipasi dalam program pengobatan.

    Intervensi:

    Jelaskan proses penyakit individu dan keluarga

    Instrusikan untuk latihan nafas dan batuk efektif.

    Diskusikan tentang obat yang digunakan, efek samping, dan reaksi yang tidak diinginkan

    Beritahu tehnik pengguanaan inhaler ct : cara memegang, interval semprotan, cara membersihkan.

    Tekankan pentingnya perawatan oral/kebersihan gigi

    Beritahu efek bahaya merokok dan nasehat untuk berhenti merokok pada klien atau orang terdekat

    Berikan informasi tentang pembatasan aktivitas.

DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansyoer(1999). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jilid I. Media    Acsulapius. FKUI. Jakarta.

Heru Sundaru(2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga. BalaiPenerbit FKUI. Jakarta.

Hudack&gallo(1997). Keperawatan Kritis Edisi VI Vol I. Jakarta. EGC.

Doenges, EM(2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta. EGC.

Tucker, SM(1998). Standar Perawatan Pasien. Jakarta. EGC.

0 comments:

Posting Komentar