AL QUR'AN

"Dan Al Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat." (Al Qur'an, 6:155)

NURSING

Kemampuan seorang perawat dalam pemberian terapi pengobatan pada pasien ternyata tak kalah dengan dokter. Hal tersebut tentu sangat bermanfaat, terutama dalam kondisi keterbatasan tenaga dokter.

BISNIS KAOS

Kami melayani pemesanan kaos couple, kelas, angkatan, ataupun komunitas. , Harga cuman 60 ribu/Kaos, Pemesanan bisa sms 085721265252 FB : http://www.facebook.com/pages/Bisnis-Kaos/318312428215504 e-mail : the_slettinkdoll@yahoo.co.id.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

31 Mei 2012

Jangan Galau, Allah Selalu Menyertaimu! "WAJIB DIBACA"


MENGELUH, hampir menjadi fenomena di negeri mayoritas Muslim ini. Ironisnya mengeluh itu menimpa hampir semua tingkatan usia; mulai remaja sampai dewasa juga pria dan wanita. Akibatnya tidak banyak yang bisa dilakukan oleh mereka yang suka mengeluh, kecuali hal-hal yang akan semakin membuat jiwa dan akalnya terus melemah. Sehari-hari waktu yang dilalui hanya diisi curhat dari satu orang ke orang lain dengan memaparkan beragam masalah yang sedang membelitnya.
Padahal waktu dan kesempatan datang setiap hari. Bahkan sekiranya mereka mau membaca firman Allah (Al-Qur’an) tentu mereka akan dapati jawaban atas setiap masalah yang dihadapinya. Ketika didorong untuk membaca Al-Qur’an jawabnya tidak mengerti bahasa Arab. Loh bukannya kini sudah sangat banyak Al-Qur’an terjemah. Mengapa tidak dibaca juga?
Sementara Allah dengan tegas berfirman;
“Karena itu janganlah kamu ragu-ragu terhadap Al-Qur’an itu. Sesungguhnya (Al-Qur’an) itu benar-benar dari Tuhanmu, tetapi kebanyakan manusia tidak beriman. (QS. Huud [11]: 17).
Dalam ayat lain Allah SWT juga tegaskan bahwa Al-Qur’an itu kitab suci yang tidak ada keragu-raguan di dalamnya petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa (QS. Al-Baqarah [2]: 2).
Jadi sebenarnya sederhana sekali, masalah apapun yang kita hadapi solusinya ada di dalam Al-Qur’an. Ibarat manusia ini robot maka Al-Qur’an ini adalah petunjuk manual bagaimana mengoperasikan robot itu. Bagaimana tanda-tanda robot yang kekurangan baterai (iman) misalnya. Lalu apa yang harus dilakukan untuk mengisi dayanya kembali. Bagaimana jika ada robot yang mati (semangatnya). Apa yang harus dilakukan. Jawaban semua itu ada di dalam buku manual tadi (Al-Qur’an).
Mari perhatikan pernyataan Nabi Ibrahim di depan orang-orang kafir ketika menjelaskan siapa Allah SWT. ketika itu Nabi Ibrahim sedang memberi peringatan kepada penyembah berhala bahwa apa yang mereka anggap tuhan itu adalah keliru (sesat). Lalu Nabi Ibrahim menjelaskan perihal Allah SWT yang sebenar-benarnya Tuhan yang harus disembah.
Ibrahim berkata;“(Yaitu Tuhan) Yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku. Dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku. Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku. Dan Yang akan mematikan aku. Kemudian akan menghidupkan aku (kembali). Dan yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat”. (QS. As Syu’ara [26] : 78 – 82).
Ayat tadi menggambarkan secara gamblang bagaimana Allah benar-benar mengerti segala kebutuhan, keresahan, kerisauan, kegalauan, dan seluruh suasana hati setiap manusia. Hanya saja Allah akan mendatangi jiwa-jiwa yang diliputi keimanan kuat dan mengabaikan jiwa manusia yang kerdil lagi tidak pernah memohon kepada-Nya.
Kepada mereka yang imannya kuat Allah berikan satu jaminan agar tidak takut dan bersedih hati.
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman”. (QS. Ali Imran [3]: 139).
Jadi mari kita kembali kepada Allah dengan sungguh-sungguh memahami ayat-ayat Al-Qur’an. Sungguh Allah menjawab setiap masalah kita.
Ketika kita mengeluh, maka akan selalu ada jawaban dari Allah SWT untuk kita. Misalnya, “Rasanya aku tidak mampu menghadapi masalah seperti ini, berat terasa oleh ku. Sungguh aku tak sanggup lagi.” Sungguh Allah menjawab;
“Jika Allah menghendaki sesuatu, Allah cukup berkata jadi maka jadilah” (QS. 36 : 82).
Ketika kita mengeluh, “Aku terlalu lelah” Allah menjawab, “Aku ciptakan tidurmu untuk istirahatmu.” (QS. 78 : 9).
Ketika kita mengeluh, “Aku tak sanggup lagi, aku tak mampu lagi, semua sudah tidak mungkin kuhadapi” Allah menjawab, “Allah tidak membebankan sesuatu kepada hamba-Nya, melainkan sesuai kemampuannya” (QS. Al Baqarah [2] : 286).
Ketika kita mengeluh, “Berbagai upaya sudah saya lakukan tapi hasilnya nihil. Saya benar-benar stress dibuatnya” Allah menjawab;
“Hanya dengan mengingat Aku maka hati menjadi tenang.” (QS. 13 : 28).
Bahkan ketika kita mengeluh, “Aku sudah tidak ada gunanya lagi, untuk apa aku hidup” sungguh Allah telah menjawab;
“Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat dzarah, niscaya ia akan melihat balasannya.” (QS. 99 : 7).
Jika demikian untuk apa kita mengeluh, bukankah Allah telah menjawab semua bakal keluhan umat manusia. Maka dari itu biasakanlah diri untuk benar-benar mempelajari Al-Qur’an dengan baik. Sungguh Al-Qur’an itu menjawab setiap masalah. Maka ambillah obat atau madu darinya.
Sebenarnya mengeluh atau tidak itu adalah pilihan hati. Hati yang senantiasa dihiasi dengan bacaan Al-Qur’an insya Allah terhindar dari sikap kerdil, lemah, lesu, letih, lunglai, dan tak berdaya. Sementara hati yang sepi dari bacaan Al-Qur’an akan sangat mudah terganggu oleh dinamika kehidupan sehingga sulit menjadi hamba Allah yang pandai bersyukur.
Terhadap orang yang pandai bersyukur Allah berjanji akan menambah terus-menerus kenikmatan yang diberi dan bagi yang kufur (tidak mau bersyukur) Allah sediakan siksa yang pedih.
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Se- sungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS.ar Ra’d [14] : 7).
Jadi selagi masih ada kesempatan mari berusaha untuk memahami ayat-ayat Allah dengan sebaik-baiknya. Sungguh apabila hati kita telah diterangi oleh Al-Qur’an akan muncul semangat, gairah, optimisme, dan keyakinan kuat bahwa Allah selalu menyertai kita dan karena itu akan muncul usaha maksimal dari dalam diri kita.
Apabila itu benar-benar dapat kita raih sungguh kebahagiaan, kemenangan dan kesuksesan sejati telah berada di tangan kita. Sebab Allah telah berjanji akan memberi jalan-jalan kepada hamba-hamba-Nya yang bermujahadah (bersungguh-sungguh tidak mengeluh) dan senantiasa berbuat kebaikan.
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. 29 : 69).
Jika sedemikian rupa Allah telah memberi jawaban atas keluhan setiap hamba-Nya, masihkah kita akan menjadi manusia kerdil? Sungguh keluhan itu adalah sesuatu yang mesti kita enyahkan dalam akal dan jiwa kita. Allah dan Rasul-Nya hanya berpesan satu hal, berjihadlah, bersungguh-sungguhlah, kelak engkau pasti akan menang. Jadi mari kita ucapkan,
“Selamat tinggal keluhan, selamat datang harapan”!. */Imam Nawawi dari Hidayatullah.Com

4 Mei 2012

AMAR -MA'RUF DAN NAHI -MUNKAR


PENEGAKKAN AMAR -MA'RUF DAN NAHI -MUNKAR

Oleh: Ade Suherman

بسم الله الرحمن الرحيم

A. Hukum Amar ma'ruf-Nahi munkar
    Islam adalah  induk organisasi dan induk kesatuan umat yang utuh yang mengikat terhadap penganutnya menjadi satu persaudaraan, serta melarang untuk berpecah belah . Kemudian untuk memelihara kesatuan dan persatuan dalam satu saudara tersebut mewajibkan kepada umatnya untuk saling menjaga melalui gerakan amar ma'ruf-nahi munkar. Sebagaimana firman Allah suroh Ali-Imran: 104 

وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Artinya:" Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, dan mereka menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; dan merekalah orang-orang yang akan beruntung.
    Kemudian dalam suroh Al-A'raf ayat 199:
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ
Artinya:" Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh".   
Al-Qurthubi dalam al-Jami li ahkami al-Qur'an menyatakan bahwa yang dimaksud "diantara kamu" adalah sebagian saja, tidak setiap orang mukmin. Demikian pula Imam Al-Thabari dalam Jamiu al-Bayan, mengatakan : Bahwa hendaklah diantara kamu ada satu golongan yang bertugas mengajak manusia kepada kebaikan, yaitu untuk memasuki Islam dan memerintah kepada yang telah ada dalam Islam untuk melaksanakan yang ma'ruf yaitu syariat Islam yang dibawa oleh Nabi Mhammad SAW dan mencegah dari segala pelanggaran atau yang munkar. Maka jika gerakan ini dilakukan niscaya mereka akan termasuk golongan yang beruntung.Malah Allah menempatkan umat Nabi Muhammad SAW itu pada tingkatan umat yang terbaik, dikarenakan adanya amar-ma'ruf dan nahi munkar. Sebagaimana Firman-Nya dalam suroh Ali-Imran: 110:
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللّهِ
Artinya:" Terbukti kamu itu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah".
    Kemudian Allah menjelaskan bagaimanakah seharusnya bentuk dari hubungan persaudaraan di dalam Islam bagi sesama mukmin dalam kehidupan sehari-hari. Allah berfirman  dalam suroh Al-Taubah ayat 71:
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللّهَ وَرَسُولَهُ أُوْلَـئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللّهُ إِنَّ اللّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Artinya:" Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana
Secara lengkap, bagaimana kewajiban umat Islam dalam menegakkan syariat Islam, coba perhatikan firman Allah suroh Al-Taubah ayat 111-112:
إِنَّ اللّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُم بِأَنَّ لَهُمُ الجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْداً عَلَيْهِ حَقّاً فِي التَّوْرَاةِ وَالإِنجِيلِ وَالْقُرْآنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللّهِ فَاسْتَبْشِرُواْ بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُم بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ التَّائِبُونَ الْعَابِدُونَ الْحَامِدُونَ السَّائِحُونَ الرَّاكِعُونَ السَّاجِدونَ الآمِرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّاهُونَ عَنِ الْمُنكَرِ وَالْحَافِظُونَ لِحُدُودِ اللّهِ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ.
Artinya:" Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji, yang melaksanakan shaum, yang ruku', yang sujud, yang menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari munkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu."
Mengabaikan gerakan amar ma'ruf-nahi munkar akan mengakibatkan turunnya laknat Allah SWT sebagaimana telah terjadi di masa Nabi sebelum Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana firman Allah dalam suroh .Al-Maidah:78-79:
لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُواْ مِن بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُودَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوا وَّكَانُواْ يَعْتَدُونَ. كَانُواْ لاَ يَتَنَاهَوْنَ عَن مُّنكَرٍ فَعَلُوهُ لَبِئْسَ مَا كَانُواْ يَفْعَلُونَ.
Artinya:" Telah dila'nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.
    Firman Allah di atas merupakan perintah untuk melaksanakan gerakan dakwah amar-ma'ruf dan nahi-munkar. Fungsi dakwah (mengajak) ke luar, yaitu mengajak kepada yang belum Islam untuk memeluk Islam; dan fungsi ke dalam, yaitu gerakan amar-ma'ruf dan nahi - munkar. Sedangkan secara individu Nabi SAW memerintahkan untuk melaksanakan gerakan amar ma'ruf-nahi munkar secara individu sebagai bukti kepedulian terhadap sesama muslim, antara lain:
1. Dari Abu Said al-Khudri r.a. Katanya: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda:
"من رأى منكم منكرا فليغيره بيده. فإن لم يستطع فبلسانه. ومن لم يستطع فبقلبه. وذلك أضعف الإيمان".
Artinya:"Barang siapa melihat ada diantara kamu yang munkar maka robahlah ia dengan tangannya, maka apabila tidak mampu maka dengan lidahnya, dan barang siapa yang tidak mampu maka dengan hatinya. Dan itulah iman yang paling lemah". H.R.Muslim.


2. Dari Hudzaifah r.a. dari Nabi SAW, ia bersabda:
والذي نفسي بيده لتأمرن بالمعروف ولتنهون عن المنكر وليوشكن الله أن يبعث عليكم عقابا منه فتدعونه فلا يستجيب لكم
Artinya:"Demi jiwa saya ada ditanyan-Nya, Pasti kamu memerintah kepada yang ma'ruf dan mencegah dai yang munkar dan pasti Allah akan segera menurunkan siksaaan kepadamu, lalu kamu berdoa  kepadaNya kemudian doa kamu itu tidak dihiraukan". H.R. Tirmidzi.
3.Dari Abu Bakar al-Shiddiq r.a. katanya: Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:

إن الناس إذا زاْوا الظالمَ فلم ياْخذوا على يديه اْوشكَ اْن يعمَّهم اللهُ بعقاب منه. رواه اْبو داود
و الترمذي

Artinya:"Sesungguhnya manusia itu jika mereka melihat orang yang zhalim lalu mereka tidak menangkapnya dengan kedua tangannya, niscaya Allah akan segera meratakan kepada mereka adzab dari pada-Nya. H.R. Abu Daud dan Tirmidzi.

B. Penegakkan Amar ma'ruf-Nahi munkar diawali dari  diri sendiri dan Keluarga
    Firman Allah suroh Al-Nisa: 84 :

فَقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللّهِ لاَ تُكَلَّفُ إِلاَّ نَفْسَكَ وَحَرِّضِ الْمُؤْمِنِينَ عَسَى اللّهُ أَن يَكُفَّ بَأْسَ الَّذِينَ كَفَرُواْ وَاللّهُ أَشَدُّ بَأْساً وَأَشَدُّ تَنكِيلاً   .  

Artinya:" Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. Kobarkanlah semangat para mukmin (untuk berperang). Mudah-mudahan Allah menolak serangan orang-orang yang kafir itu. Allah amat besar kekuatan dan amat keras siksaan(Nya).
    Allah sangat murka terhadap orang yang menyalahi antara yang dikatakan dengan pengamalan nyata.
Firman Allah:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ. كَبُرَ مَقْتاً عِندَ اللَّهِ أَن تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ.

Artinya:" Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan." Q.S.Al-Shaf:2-3

    Setelah dimulai dari diri pribadi pelaku itu kemudian diterapkan di lingkungan keluarganya sendiri. Firman Allah:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ.

Artinya:" Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." Q.S.Al-Tahrim:6

    Allah berfirman dalam suroh Al-Su'ara ayat 214:

وَأَنذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ

Artinya:"Dan berilah peringatan keluargamu yang terdekat."
    Untuk menegakkan amar ma’ruf-nahi munkar membutuhkan beberapa hal yang merupakan syarat, diantaranya adalah sebagai berikut :

    Pertama, manusia mengetahui mana yang ma’ruf dan mana yang munkar, sebab jika ia tidak tahu yang ma’ruf mana mungkin akan dapat memerintahnya; begitu juga yang munkar, mesti ia tahu dulu hal-hal yang munkar. Dalam hal ini dapat dilakukan setelah adanya tabligh (sosialisasi) mana yang ma’ruf dan mana yang munkar yang bersumber dari Al Qur’an dan Al Sunnah.

    Kedua, Mesti mengetahui secara pasti bahwa seseorang itu tidak melakukan ma’ruf atau melakukan munkar, tidak memberikan penilaian secara prasangka (su’uzhan) ini dilarang dalam suroh Al-Hujurot ayat 12 :

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”.

    Ketiga, tidak terjadi pemindahan dari mencegah suatu kemunkaran kepada sesuatu dosa yang lebih besar.Misalnya, jika ada seseorang merokok di samping kita lalu kita larang agar tidak di samping kita dan kita tahu bahwa dia akan pergi menemui temannya yang lebih buruk dari dia, misalnya ke lingkungan pemabuk, dan kita tahu bahwa minum arak lebih besar ketimbang merokok.

    Keempat, orang yang melakukan amar ma’ruf – nahi munkar hendaklam yang pertama melaukan yang ma’ruf dan menjauhi yang munkar. Tetapi secara tabiat, tidak mungkin seseorang memerintah ma’ruf tapi dia sendiri tidak ma’ruf dan tidak mungkin jika dia melarang munkar malah dia sendiri yang melakukan kemunkaran

C. Penegakkan  Amar ma'ruf-Nahi munkar di Negara

    Amar ma'ruf berarti hukum Islam digerakkan untuk,ditegakkan  dan merekayasa umat manusia untuk menuju tujuan yang baik dan benar yang dikehendaki dan diridloi Allah. Sedangkan Nahi munkar berarti fungsi sosial kontrolnya. Atas dasar inilah dalam hukum Islam dikenal adanya perintah dan larangan; wajib dan haram; pilihan antara melakan dan tidak melakukan perbuatan yang kemudian dikenal dengan istilah hukum lima, yaitu: wajib, sunat, haram ,makruh, dan mubah (ibahah).

    Penegakkan amar ma'ruf-nahi munkar dapat dilaksanakan secara individu dan kolektif (struktural). Ini disesuaikan dengan materi hukum yang harus dilakukan atau yang tidak boleh dilakukan. Secara individu ini dapat dilakukan berupa himbauan atau nasihat, tetapi tidak mengandung unsur keterikatan dan daya paksa; sepeti mengajak shalat, berzakat dll; melarang berbuat maksiat melaui nasihat dll.. Lain halnya dengan penegakkan melalui struktural yang telah disahkan oleh peraturan dan perundang-undangan yang disepakati; misalnya melalui qanun (undang-undang). Ini mempunyai daya atur, daya ikat dan daya paksa. Seperti menegakkan sangsi bagi yang tidak menunaikan shalat, zakat (bagi yang telah nisab) , shaum ramadlan dll dikenakan t'zir atau pelanggaran jarimah (kejahatan pidana),misalnya: penganiayaan, pembunuhan, pencurian, meminum khamr, dll dikenakan qishash/diyat dan hudud. Semua itu  tidak mungkin bisa dilakukan kecuali oleh lembaga yang legal.

    Hukum yang hidup di masyarakat belum tentu dapat ditegakkan; karena hukum yang hidup di masyarakat tergantung kepada tiga sisi: pertama, materi hukum (fikih, fatwa dan qanun); kedua, aparat atau penegak hukum (polisi,hakim,panitera,jurusita,advokat,dll); dan ketiga, kesadaran hukum masyarakatnya yang didasari keimanan. Ketiga komponen hukum tersebut adalah wujud dari amar ma'ruf-nahi munkar.Sebagaimana  firman Allah dalam suroh Al-Nisa: 65:

فَلاَ وَرَبِّكَ لاَ يُؤْمِنُونَ حَتَّىَ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَ يَجِدُواْ فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجاً مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُواْ تَسْلِيماً

Artinya:" Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya"
    Dengan merujuk kepada beberapa firman Allah dan Sunnah Rasul SAW di atas serta dihubungkan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku  di Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka penegakkan syariat Islam disamping dilaksanakan secara perorangan tanpa ada interpensi Negara juga melalui perundang-undangan (Qanun) adalah wujud dari gerakan amar ma'ruf-nahi munkar.
    Maka jika disimpulkan, bahwa amar-ma'ruf melahirkan hukum yang sifatnya wajib, sunnat dan ibahah (boleh), sedangkan nahi-munkar melahirkan hukum yang bersifat haram, makruh, fasid dan batal. Sedangkan untuk penegakkannya, ada yang dilaksanakan secara individu dan ada pula melalui lembaga Negara. Secara individu, dilaksanakan dimulai dari diri pribadi, keluarga, tetangga dekat hingga masyarakat luas; baik secara formal maupun non formal; baik melalui gerakan tabligh dan dakwah, maupun gerakan sosisal. Dan secara lembaga Negara, ada yang dilaksanakan melalui lembaga legitasi yaitu pengadilan, maupun oleh lembaga yang non legitasi yaitu melalui perdamaian oleh mediator atau lembaga tahkim (arbitrase).
     Dengan demikian kita dapat menyimpulkan secara kronologis, bahwa segala yang diridoi oleh Allah adalah benar (hak) dan ma’ruf yang  kemudian melahirkan mana yang wajib, sunnat atau ibahah; sedangkan segala yang dimurkai oleh Allah adalah bathil dan munkar yang kemudian akan melahirkan mana yang haram, makruh, fasid atau  batal.   

ENTREPRENEUR, SUKSES


SUKSES, SUKSES DAN SUKSES


SUKSES ITU BIKIN “PEDE”

Sukses itu membuat kita percaya diri.


LOWONGAN untuk menjadi pengusaha, saya kira sampai kapan pun masih terbuka luas, tidak terbatas. Artinya, kapan saja, sekarang atau besok, kita bisa saja menjadi pengusaha. Bahkan, kalau kita ingin cepat menjadi pengusaha, bisa juga kita lakukan hari ini. Misalnya, cukup kita datang ke notaris, buat CV atau PT, maka jadilah kita pengusaha sekaligus direktur di perusahaan kita sendiri. Dan, tak perlu ada upacara pengangkatan segala, sebab siapa lagi yang mengangkat kita kalau bukan kita sendiri.
Namun, coba saja kalau kita bekerja pada perusahaan milik orang lain, maka untuk bisa menjadi direktur membutuhkan waktu lama. Ini pun masih sangat tergantung pada keputusan atasan kita. Padahal, menurut saya, untuk menjadi pengusaha sekaligus direktur, tidak harus membutuhkan pengalaman kerja. Karena, pada dasarnya, lowongan kita untuk menjadi pengusaha itu tidak terbatas. Maka, semestinya kita harus “jadi” dulu. Itu setidaknya, dengan kita sudah menjadi direktur di perusahaan kita sendiri, merupakan langkah awal memulai bisnis. Dan, ternyata membuat bisnis itu lebih mudah daripada kita mencari pekerjaan. Sehingga, dari “sukses” itulah menjadikan diri kita tumbuh rasa percaya diri. Dan, setelah kita percaya diri, maka kita akan bisa melakukan sesuatu.
Banyak contoh di masyarakat, bahwa seseorang mendapatkan jabatan, baik itu di pemerintahan ataupun swasta, padahal dia tidak punya pengalaman sebelumnya. Dan ternyata, dia bisa juga melaksanakan pekerjaan itu dengan baik. Artinya. kepercayaan diri atau “pede” kita bertambah saat kita dapat kesuksesan. Meski, katakanlah bisnis yang kita dirikan itu hanya meraih sukses-sukses kecil. Namun, itu buktikanlah suatu masalah. Justru, hal ini akan membuat kita lebih termotivasi untuk bisa meraih sukses bisnis yang lebih besar.
Saya kira, kita memang sebaiknya jangan mengabaikan sukses-sukses kecil itu. Percayalah, bahwa sesungguhnya dari sukses-sukses kecil itu akan menjadi kesuksesan yang luar biasa pada bisnis kita dimasa depan.
Memang, bagi kita yang terbiasa berpikir linier, pasti akan mengatakan, bahwa percaya diri dulu baru kita sukses. Kalau kita setuju dengan pendapat, percaya diri dulu baru seseorang meraih sukses, lantas kapan kita bisa menjadi pengusaha?





SUKSES ITU GURU YANG JELEK

Kesukesan akan menjerumuskan kita, kalau kita terlalu bangga.

ROBERT T. Kiyosaki dalam bukunya “Cash Flow Quadrant” berpendapat, bahwa sebenarnya sukses itu guru yang jelek. Tapi itu berlaku untuk diri kita sendiri. Artinya, sebagai entrepreneur, kita memang sebaiknya tidak berguru pada kesuksesan kita sendiri. Sebab, hal itu akan membuat kita menjadi kurang bersemangat, menjadi tidak kreatif, menjadikan kita lengah atau sombong, menjadikan kita lupa diri, bahkan tak menutup kemungkinan kesuksesan yang kita raih akan menjadi bumerang bagi diri kita sendiri. Sukses itu, menurut saya, bukan berarti “waktunya untuk menikmati”.
Memang, kesuksesan kita itu bisa menjerumuskan kita. Apalagi, kalau kita terlalu membanggakan kesuksesan itu, akan membuat kita lupa diri. Oleh karena itu, agar kesuksesan ini, tidak menjadi bumerang bagi kita sendiri, maka kita memang harus pandai-pandai mengelola kesuksesan itu. Namun, tentu saja, orang lain bisa saja belajar dari kesuksesan kita, itu boleh, bahkan, itu bisa menjadikan kesuksesan bisnis seseorang. Sebab, pada dasarnya belajar dari kesuksesan orang lain itu sah-sah saja. Pendeknya, kalau seseorang belajar kesuksesan orang lain, itu, memang bisa menjadi guru yang baik. Meski kita sebetulnya juga bisa belajar banyak pada orang yang gagal.
Dalam konteks inilah, menurut saya, agar bisnis kita tetap langgeng bahkan bisa berkembang lebih baik di masa mendatang, adakalanya kita harus menyadari hal ini. Atau lebih tepatnya, sebagai entrepreneur seharusnya lebih menilai, bahwa kegagalan itu sebetulnya sebagai pelajaran yang terbaik. Oleh karena itulah, saya kira kita sebaiknya janganlah terlalu takut dengan kegagalan. Kita belajar paling banyak tentang diri kita ketika kita gagal, jadi jangan takut gagal. Sebab, kegagalan itu sebenarnya adalah proses kita untuk menjadi sukses. Saya yakin, yang namanya entrepreneur itu sebetulnya tidak bisa sukses tanpa mengalami kegagalan.
Maka, pada saat kita ingin memulai bisnis atau disaat bisnis kita mulai berkembang, tapi kemudian tiba-tiba bangkrut atau mengalami kegagalan, saya kira hal itu janganlah membuat kita patah semangat. Justru, disaat itulah jiwa entrepreneur kita harus bangkit kembali. Sebab, menurut pengalaman saya dari rekan pengusaha lainnya, mereka baru sukses, setelah mereka pemah mengalami kegagalan paling tidak sampai tujuh kali. Kalau kita baru gagal dua atau tiga kali, saya kira itu wajar-¬wajar saja bagi seorang entrepreneur. Mestinya, entrepreneur tidak akan pemah mendapatkan pelajaran tanpa melakukan langkah-langkah yang berarti. Baik itu langkah yang gagal maupun yang sukses. Langkah-langkahnya dimulai dari langkah kecil sampai langkah besar. Dengan perkataan lain, saya mengatakan, sebuah perjalanan 1000 km itu sebenarnya dimulai dari langkah kecil. Kalau kita tidak berani memulai atau mengembangkan bisnis, kapan kita akan punya bisnis, atau kapan bisnis kita berkembang. Saya menemukan kata-kata yang menarik buat kita renungkan bersama yaitu, “Memulai ini mengalahkan tidak memulai.” Artinya, orang yang berani memulai atau mengembangkan bisnis, itu lebih baik, daripada orang yang sama sekali tidak berani memulai atau mengembangkan bisnis.

REJEKI ITU BISA DIRENCANAKAN

Rejeki itu akan datang, sesuai pengambilan resiko bisnis kita

REJEKI itu sebenarnya sudah ada yang mengatur-Nya. Saya kira, itu memang benar. Dan, sebagian besar kita berpendapat demikian. Karena sejak lahir setiap orang itu membawa rejeki sendiri-sendiri. Tapi, apakah kita itu bisa meningkatkan rejeki kita sendiri? Dan, apakah kita tak bisa merencanakannya? Saya berpendapat, meski rejeki itu sudah ada yang mengatur-Nya, namun kita harus tetap aktif merencanakannya. Tanpa direncanakan, rejeki itu akan sulit kita raih. Saya kira, rejeki itu membutuhkan peluang untuk mendatanginya.
Menurut saya, mana mungkin rejeki itu datang kalau setiap harinya kita tak punya aktivitas apa-apa. Hanya pasrah saja. Dan, kita terlalu yakin, bahwa rejeki itu tak perlu dikejar, pasti akan datang sendiri. Saya tak sependapat dengan prinsip ini. Sebab, bagaimana pun juga kalau pada diri kita tak ada kegairahan bekerja, dan hanya selalu memimpikan rejeki itu datang, maka rejeki itu pun akan sulit datang atau justru malah menjauh. Tapi sebaliknya, jika kita tekun bekerja, dan kreatif berwirausaha, saya yakin, pasti rejeki akan datang. Bisnis kita pun akan lebih cepat berkembang.
Apalagi, kalau kita berani memilih profesi seperti pengusaha, dokter, notaris, pengacara, pelukis, seniman dan lain-lain. Profesi ini saya lihat sangat berpeluang mendatangkan rejeki yang relatif besar atau tidak linier. Sebab, profesi ini berbeda dengan orang yang digaji atau seperti karyawan. Artinya, jika saat ini kita misalnya, sedang menekuni dunia usaha atau sebagai pengusaha, maka jelas sangat memungkinkan sekali bagi kita untuk mendatangkan rejeki yang relalif besar. Sementara, kalau saja kita sekarang ini bekerja ikut orang lain atau setiap bulannya digaji tetap, maka jelas peluang akan datangnya rejeki yang relatif besar, menjadi kecil. Oleh karena itu, rejeki besar akan datangnya mencari tempat yang pas, dan ini bisa kita rencanakan. Tinggal, kita berani atau tidak. Bicara soal rejeki, saya jadi teringat pengalaman rekan saya. Dia seorang notaris. Saya lihat, dalam menjalankan profesinya, dia hanya menggunakan motor. Lantas, ganti mobil. Itu pun mobil lama. Namun, ketika saya sarankan agar dia “berani” ambil mobil baru secara kredit, dia terkejut. Apalagi, ketika saya sarankan mobil lamanya dijual saja. untuk bayar uang muka.
Setiap bulannya’ kan harus bayar angsuran? Itu pertanyaannya. Saya jawab, “Nah itulah rejeki akan mengikuti rencana anda. Kalau anda menggunakan mobil bagus pasti klien anda lebih percaya. Karena performance atau penampilan dibutuhkan dalam bisnis anda. Apalagi anda mau bekerja keras dan kreatif menjaring klien, saya yakin anda pasti mampu membayar angsurannya.” Rupanya, dia ikuti saran saya. Apa yang terjadi selanjutnya? Rejeki notaris itu ternyata mengalir deras. Kliennya akan bertambah. Selain bisa membayar angsuran, dia pun masih punya kelebihan rejeki itu. Dari, kepercayaan dirinya akan profesinya semakin mantap.
Kejadian ini, di antaranya yang membuat saya percaya, bahwa rejeki itu sesungguhnya akan datang mengikuti rencana hutang kita. Rejeki itu juga akan datang sesuai pengambilan risiko bisnis kita. Sehingga, pada saat kita ambil risiko bisnis yang kecil, rejeki yang mengalir pun juga kecil. Sebaliknya, bila kita berani ambil  risiko yang besar, maka rejeki yang mengalir pun juga besar.

SEGERALAH BERTINDAK

 
SEGERALAH BERTINDAK


"Jangan menunda hingga esok apa yang dapat Anda kerjakan hari ini."

(Benjamin Franklin)



Diawal buku ini kami telah menyampaikan sebuah slogan yang wajib dijalankan setiap calon wirausaha : Praktek! Praktek! Praktek! Inilah sesuatu yang para pemimpin dalam semua bidang sepakat.

            Setiap pekerjaan besar – entah itu menjalankann perusahaan, penjualan tingkat tinggi, dalam sains atau pemerintahan – memerlukan orang yang berfikir untuk bertindak. Para eksekutif utama yang mencari tokoh kunci, menuntut jawaban terhadap perrtanyaan :"Apakah ia akan melaksanakan pekerjaan tersebut?" "Apakah ia akan menuntaskannya?" "Apakah ia orang yang berinisiatif?" "Dapatkah ia memberikan hasil, atau apakah ia hanya pandai omong?"

            Semua pertanyaan ini mempunyai satu tujuan : Mencari tahu apakah orang tersebut adalah orang yang suka bertindak ?.

            Gagasan yang bagus saja tidak cukup. Gagasan sederhana yang dilaksanakan dan dikembangkan, adalah seratus persen lebih baik daripada gagasan hebat yang mati karena tidak ditindaklanjuti. Tidak ada yang datang dengan hanya memikirkannya.

            Ingatlah. Semuanya yang kita miliki di dunia ini, dari satelit hingga pencakar langit hingga makanan bayi, hanyalah suatu ide yang dilaksanakan.

KECERDASAN EMOSIONAL ENTREPRENEUR


KECERDASAN EMOSIONAL ENTREPRENEUR

Mengedepankan kecerdasan emosi kita dalam bisnis
itu adaIah hal yang mutlak.


Anda mulai panas? Anda pikir Anda sudah mempunyai apa yang diperlukan untuk menjadi seorang wiraswastawan? Anda sudah baca semua kisah sukses tentang orang lain dan itu membuat anda ”kepanasan”? Benar, pembaca, kalau itu terjadi, tiba saatnya untuk menjadi boss bagi diri Anda sendiri. Tapi, apakah Anda sudah siap meninggalkan pekerjaan yang bagus dan nyaman dengan gaji bulanan, kantor modern, sekretaris yang efisien, dan perasaan aman yang datang pada saat anda bekerja untuk sebuah organisasi yang mapan?
Seorang teman yang telah bertahun-tahun bekerja pada perusahaan penerbangan nasional terbesar, dengan ribuan staf, gaji jutaan, fasilitas lengkap, tiba-tiba saja memutuskan keluar dan berwirausaha. Kata-kata yang pertama diterimanya adalah,
”Apakah kamu gila?”, ….”Kamu menghancurkan sebuah karir yang menjanjikan”…..dan caci maki lainnya. Belum lagi perasaan anak-istri, orangtua dan saudara lainnya yang tidak bisa berucap...
Diperlukan keberanian besar untuk menulis surat pengunduran diri. Masih yakinkah Anda mempunyai segala sesuatu yang akan mengantarkan Anda menjadi seorang wiraswastawan sukses? Lalu apa yang akan Anda kerjakan? Peraturan pertama kewirausahaan, latihlah diri Anda untuk melihat kekosongan atau celah di pasar, lalu mengisinya.
Lihatlah sekeliling Anda. Lihatlah orang di jalanan, mereka yang duduk di belakang mesin jahit, pelayanan apa yang  akan dia berikan? Lihatlah wanita perempuan penjual sate ayam di dekat penginapan murah itu, mengapa ia pilih lokasi itu? Bagaimana dengan hotel baru di jalan utama itu, mengapa bisa begitu sukses? Bagaimana dengan orang yang bekerja di bagian komputer itu bisa sangat sukses dalam bisnis program perangkat lunaknya sendiri?
Ada satu jawaban singkat untuk semua pertanyaan ini: bisnis ini eksis karena ada yang membutuhkan mereka. Tidak peduli apakah Anda berusaha dengan paha ayam, rumah makan bagus atau website. Atau, apakah anda berbicara tentang putaran harian Rp100.000 atau Rp.100.000.000. Dari mulai Tanah Abang – Jakarta Pusat, Glodok – Jakarta Pusat, bahkan daerah Sawangan, Depok Privinsi jawa Barat, prinsipnya sama:
 Keberhasilan dalam bisnis
 Bekerja dengan prinsip
 Menemukan sebuah kekosongan
 Dan mengisinya!

Ketika dunia laki-laki digemparkan dengan ditemukannya pil biru Viagra yang sebenarnya adalah obat pemacu jantung, tapi kemudian jadi pemacu organ kejantanan pria, beberapa tahun lalu serentak seluruh dunia mempublikasikannya (ingat, Viagra tidak pernah beriklan di media manapun). Hasilnya, Viagra menjadi product of the year  dan menghasilkan miliaran dollar bagi penemunya.   
Kasus Viagra di dunia, rupanya memberikan inspirasi bagi Simon Jonathan. Setelah sebelumnya sukses melahirkan Extra Joss, yang menghasilkan ratusan miliar, kemudian muncullah Irex yang kurang lebih sama fungsinya dengan Viagra. Dengan tag line ”Kado Ulang Tahun Mama”, dan dikemas dengan iklan yang diperankan oleh laki-laki kurus kering dan loyo, tiba-tiba menjadi perkasa setelah meminum Irex, hasilnya, produk ini meledak di pasaran. Ya, mereka jeli melihat peluang, kekosongan dan mengisinya.
Lalu mengapa bukan Anda  yang melakukan ini? Jika Anda yang pertama menawarkan kepada publik sesuatu yang dibutuhkan publik dan tidak didapatkan dari orang lain, atau jika Anda berhasil mengantisipasi sebuah kebutuhan di masa depan, Anda memiliki sebuah kesempatan bagus untuk menjadi kaya. Sampai saat adanya kompetisi, Anda akan memiliki semua pasar itu sendirian.
Sejarah memberikan banyak contoh wiraswastawan yang menjadi sukses dengan memenuhi atau mengantisipasi kebutuhan akan produk baru. Isaac Merit Singer memproduksi mesin jahit yang cocok untuk bekerja di ruang terbatas, bahkan di dalam kamar sekalipun. Henry Ford memakai metode jalur perakitan untuk memproduksi mobil yang bisa  dibeli orang biasa. George Eastman melihat kebutuhan akan kamera kecil yang bisa dibawa-bawa.  Ray Krock dari Mc Donald melihat potensi usaha waralaba makanan cepat saji.
Darimana datangnya gagasan-gagasan seperti itu? Ada tiga macam sumber gagasan.
Pertama, pekerjaan Anda. Pekerjaan yang sudah Anda kerjakan bisa menjadi sebuah potensi sumber gagasan, Karena disitulah naluri bisnis Anda sudah dikembangkan.
Kedua, hobi atau minat Anda di luar pekerjaan, karena itu adalah sebuah wilayah lain dimana Anda memiliki suatu perasaan alamiah.
Sumber ketiga, adalah apa yang sering disebut orang sebagai ”observasi pejalan kaki”, atau mengenali sebuah peluang melalui suatu perjumpaan biasa, atau suatu insiden dalam kehidupan sehari-hari Anda.
Kalau Anda yang pertama, maka Anda tidak harus brilian. Nanti Anda akan  memiliki waktu untuk mengembangkan dan memperbaiki segala sesuatu yang pemah Anda lakukan. Tapi ketika yang lain mulai berkompetisi dengan Anda, maka Anda harus menjadi yang terbaik.





Bekerja Keras
Nasib seorang wiraswastawan tidak mudah. Anda harus bekerja keras. Namun, karena Anda  bekerja disebagian besar waktu Anda, pasti ada harga yang harus dibayar. Korban pertama adalah kehidupan sosial Anda. Waktu untuk berkencan, untuk keluarga, bahkan untuk bersenang-sengang tidak akan anda miliki pada masa-masa awal menjalankan bisnis anda.. Bisa-bisa ini menjadi sebuah kehidupan yang sunyi.
Dalam keadaan seperti ini Anda sangat beruntung apabila memiliki kekasih atau seorang istri yang setia menemani dalam suka maupun duka. Karena menjadi seorang wirausahawan juga adalah masalah daya tahan. Seperti mendung di musim hujan. Setelah hujan pun turun, langit akan menjadi cerah kembali.
Ada kompensasi. Semakin keras Anda bekerja, maka Anda akan semakin beruntung. Kami punya rekan, namanya Apiko Joko Mulyono. Dia, ”cuma” reporter di tabloid keluarga muslim, Fikri namanya. Sebagai employee — kalau mengikuti teori kuadran Robert T. Kiyosaki – berkat dorongan kami, dan ”keahlian interpersonalnya”,  berkomunikasi, ia kami desak menjadi jurnalis ”semi-bisnis” dalam arti, memfungsikan ketrampilan jurnalistik dan lobbynya untuk menulis soft advertorial. Meski awalnya agak ogah-ogahan, ia memula peran-peran semacam copywriter, penulis artikel soft advertorial di tabloidnya (maksudnya: rubrik bernuansa promotif, dengan dua macam kompensasi: penjualan langsung dalam jumlah minimal tertentu, atau semi-iklan). Bung Apiko, meskipun masih sayang profesi jurnalistiknya, mulai menjalankan tugas barunya.
Hasilnya? Luar biasa untuk reporter yang sepanjang empat tahunan bekerja, murni sebagai jurnalis. Apiko berhasil mencapai targetnya. Ia memang bekerja keras, dan agak mengorbankan waktunya untuk keluarga. Bukan itu saja. Ia ”tebal muka” dicibiri sebagai ”jurnalis matre” (materialis, Pen.), karena artikelnya kian selektif pada isu-isu yang ”bergizi” alias bisa menghasilkan ”penjualan langsung” ataupun ”semi advertorial”. Akibat lanjutnya, bisa ditebak. Dari ”main-main” jadi serius. Bossnya, pemimpin perusahaan tabloid Fikri, malah menargetkan jumlah tertentu perminggunya harus ia capai. target itu, tercapai, bahkan beberapa kali terlampaui. Apa yang ia kerjakan, semua orang di perusahaannya tahu. Meski pun berisiko dilecehkan, Apiko tahan banting. The show must go on. Apa yang dikerjakannya, menginspirasi unit bisnis lainnya di bawah payung holding yang sama.
”Syukur, istri saya sangat pengertian. Untuk kerja keras itu, saya bisa menabung dengan nilai yang lumayan dibanding rekan selevel saya. Saya bisa membeli sepeda motor secara tunai, dalam tahun kedua saya bekerja. Itu sesuatu yang tidak saya bayangkan sama sekali, bahwa saya mampu membelinya.” Itulah Apiko, yang karena masih sayang pada profesi jurnalistiknya, mengaku baru menggunakan belum separuh dari potensi enterprenership yang ada dalam dirinya.

”Seseorang yang bekerja 16 jam sehari akan sampai ke tempat yang ingin dicapainya dua kali lebih cepat daripada orang yang bekerja 8 jam sehari.” 
David Ogilvy
Ketekunan

Jaques Cousteau, penyelidik, penemu dan ahli lingkungan dalam sebuah wawancara dengan Eugene Grisham penulis buku Achievement Factors dalam sebuah wawancara di atas sebuah jet carteran menuju Atlanta, mengungkapkan pendapat menarik. Kami kutip untuk Anda.
”Bagaimana Anda bisa mengerjakan semua itu?” Cousteau terdiam beberapa saat, lalu menjawab.
”Saya keras kepala – kalau saya punya suatu maksud di kepala saya…saya membuat daftar hal-hal untuk main-main: Amazon, Haiti, kapal Angina. Saya mencoba, dan saya tidak punya uangnya. Saya mencoba lagi, dan saya tidak dapat uangnya, dan setelah sepuluh tahun saya mendapatkannya.”
Dengan bijaksana, dengan penuh tekat dan ketekunan, selalu mengejar apa yang ia inginkan, kadang cepat, kadang-kadang pelan, ia telah mengalami kemenangan-kemenangan. Pada tahun 1943, tabung oxygen (Aqualung) yang ia kembangkan dengan Emile Gagnan, memberi kesempatan petualangan di bawah air, membuka dunia di bawah air untuk berjuta-juta penyelam scuba. Lalu ia kembangkan keterampilan sebagai seorang ahli fotografi di bawah air, dan pada tahun 1956, ia menangkan Oscar  untuk The Silent World. Sembilan tahun kemudian ia sekali lagi memenangkan oscar untuk World Without Sun. Saat ini usianya 80-an. Dan kakek Cousteau masih bekerja, masih memeriksa hal-hal yang ia catat dalam daftarnya, menyusun daftar, lalu mengeksekusi satu persatu daftar targetnya.


Fokus

Logika ”focusing”, meminjam fenomena matahari. Mahakarya Tuhan ini, sumber energi yang amat kuat, yang setiap jamnya menyinari bumi dengan jutaan kilowatt energi. Siapa pun, bisa ”mandi matahari” berjam-jam dengan risiko yang ringan.
Bagaimana dengan laser? Seberkas sinarnya, adalah energi lemah. Ia hanya membutuhkan beberapa kilowatt energi tetapi bisa difokuskan menjadi sebuah pancaran cahaya yang koheren. Dari seberkas cahaya laser, temuan ilmuwan bisa menggunakannya untuk dari memotong baja sampai mematikan sel kanker.
Beralih pada perbincangan sebuah usaha. Anda bisa menciptakan efek yang sama: sebuah kemampuan kuat laksana laser untuk mendominasi sebuah pasar. Itulah yang kami maksud sebagai ”tindakan memfokuskan”.
Ketika sebuah usaha menjadi tidak fokus, ia akan kehilangan kekuatannya. Usaha itu menjadi seperti matahari, menyebarkan energinya terlalu banyak produk, di pasar yang terlalu luas.
Konsentrasi, kemampuan untuk memberikan perhatian penuh kepada tugas yang dihadapi, dan dalam jangka panjang, berkonsentrasi pada suatu karier, merupakan satu  segi dari fokus. Tetapi bukan hanya itu. Segi lainnya, intensitas. Intensitas melibatkan kemampuan untuk menyalurkan sejumlah besar tenaga pada tugas yang dihadapi. Menjalankannya sebagai kebiasaan, akan meningkatkan karier Anda. Secara analog, fokus mempunyai pengaruh yang sama terhadap pekerjaan seseorang, bak lensa pembesar yang dipegang di atas sehelai kertas pada hari yang cerah. Memegang lensa dengan sudut yang tepat, membuat sinar-sinar berkonsentrasi pada satu titik, sanggup membakar kertas itu.
Prioritas, masuk dalam gagasan fokus. Jangan segan-segan mengubah dan menaruh yang paling penting sebagai nomor satu jika sesuatu yang tak terduga muncul. Bekerjalah atas dasar prioritas.


Tahukah Anda, apa rahasia
nomor satu sukses? Prioritas.
Helen Gurley Brown

Tentukanlah apa prioritas puncak dalam pekerjaan dengan berpikir secara cermat untuk apa perusahaan mempekerjakan Anda. Banyak orang membuat kesalahan dengan bekerja keras untuk tiap tugas yang mereka hadapi, tanpa atau dengan sedikit sekali memperhitungkan pentingnya tugas-tugas itu. Pada akhir hari, mereka akan sangat kelelahan, sambil memuji diri sendiri karena semua pekerjaan sudah diselesaikan. Sayangnya, ada saja yang tanpa sadar sudah membelakangkan pekerjaan penting (important) dan mendesak (urgent). Penting saja, mungkin bisa saja bukan di uturan teratas, tapi urgent, sesuatu yang terkait dengan deadline, yang tak bisa tidak, ia didahulukan atau sesuatu yang buruk menghadangnya.

Letakkanlah surat-surat, memo-memo dan peringatan-peringatan tentang semua tugas lainnya yang menunggu dalam map-map dengan tanda prioritas A, B, dan C.
Alan Lakein, Konsultan Manajemen Waktu

Membahas soal fokus, bisa kita mengutip pendapat Eugene Grisham dalam Achievement Factor, buku best seller dunia itu. Ia bercerita tentang faktor-faktor sukses hasil wawancara bertahun-tahun dengan tokoh-tokoh sukses dunia. Kesimpulan buku itu cuma satu: “Untuk sukses besar dalam suatu bidang, apapun bidangnya, dibutuhkan waktu setidaknya sepuluh tahun dengan tetap berfokus pada bidang tersebut.”
Kami yakin benar dengan kesimpulan buku itu. Kami punya bukti, seorang yang cukup kami kenal, sejak lulus SMA, hidup dari berdagang dan  tak pemah berpindah-pindah bidang usaha kecuali pada produk rumah tangga yang sangat digemari kaum ibu. Kenyataannya, tak sampai sepuluh tahun, ia sukses di bidang yang digelutinya. Itulah kekuatan fokus.
Bak air yang menetesi sebuah batu, setetes demi setetes; hari berganti hari, tahun berganti tahun, pada saatnya, kita akan terkaget-kaget melihat kenyataan bahwa batu tersebut telah menjadi cekung hanya karena tetesan air.

ENTREPRENEUR : MENJADI BOSS BAGI DIRI SENDIRI


MENJADI BOSS BAGI DIRI SENDIRI

Anda mulai panas? Anda pikir Anda sudah mempunyai apa yang diperlukan untuk menjadi seorang wiraswastawan? Anda sudah baca semua kisah sukses tentang orang lain dan itu membuat anda ”kepanasan”? Benar, pembaca, kalau itu terjadi, tiba saatnya untuk menjadi boss bagi diri Anda sendiri. Tapi, apakah Anda sudah siap meninggalkan pekerjaan yang bagus dan nyaman dengan gaji bulanan, kantor modern, sekretaris yang efisien, dan perasaan aman yang datang pada saat anda bekerja untuk sebuah organisasi yang mapan?
Seorang teman yang telah bertahun-tahun bekerja pada perusahaan penerbangan nasional terbesar, dengan ribuan staf, gaji jutaan, fasilitas lengkap, tiba-tiba saja memutuskan keluar dan berwirausaha. Kata-kata yang pertama diterimanya adalah,
”Apakah kamu gila?”, ….”Kamu menghancurkan sebuah karir yang menjanjikan”…..dan caci maki lainnya. Belum lagi perasaan anak-istri, orangtua dan saudara lainnya yang tidak bisa berucap...
Diperlukan keberanian besar untuk menulis surat pengunduran diri. Masih yakinkah Anda mempunyai segala sesuatu yang akan mengantarkan Anda menjadi seorang wiraswastawan sukses? Lalu apa yang akan Anda kerjakan? Peraturan pertama kewirausahaan, latihlah diri Anda untuk melihat kekosongan atau celah di pasar, lalu mengisinya.
Lihatlah sekeliling Anda. Lihatlah orang di jalanan, mereka yang duduk di belakang mesin jahit, pelayanan apa yang  akan dia berikan? Lihatlah wanita perempuan penjual sate ayam di dekat penginapan murah itu, mengapa ia pilih lokasi itu? Bagaimana dengan hotel baru di jalan utama itu, mengapa bisa begitu sukses? Bagaimana dengan orang yang bekerja di bagian komputer itu bisa sangat sukses dalam bisnis program perangkat lunaknya sendiri?
Ada satu jawaban singkat untuk semua pertanyaan ini: bisnis ini eksis karena ada yang membutuhkan mereka. Tidak peduli apakah Anda berusaha dengan paha ayam, rumah makan bagus atau website. Atau, apakah anda berbicara tentang putaran harian Rp100.000 atau Rp.100.000.000. Dari mulai Tanah Abang – Jakarta Pusat, Glodok – Jakarta Pusat, bahkan daerah Sawangan, Depok Privinsi jawa Barat, prinsipnya sama:
 Keberhasilan dalam bisnis
 Bekerja dengan prinsip
 Menemukan sebuah kekosongan
 Dan mengisinya!

Ketika dunia laki-laki digemparkan dengan ditemukannya pil biru Viagra yang sebenarnya adalah obat pemacu jantung, tapi kemudian jadi pemacu organ kejantanan pria, beberapa tahun lalu serentak seluruh dunia mempublikasikannya (ingat, Viagra tidak pernah beriklan di media manapun). Hasilnya, Viagra menjadi product of the year  dan menghasilkan miliaran dollar bagi penemunya.  
Kasus Viagra di dunia, rupanya memberikan inspirasi bagi Simon Jonathan. Setelah sebelumnya sukses melahirkan Extra Joss, yang menghasilkan ratusan miliar, kemudian muncullah Irex yang kurang lebih sama fungsinya dengan Viagra. Dengan tag line ”Kado Ulang Tahun Mama”, dan dikemas dengan iklan yang diperankan oleh laki-laki kurus kering dan loyo, tiba-tiba menjadi perkasa setelah meminum Irex, hasilnya, produk ini meledak di pasaran. Ya, mereka jeli melihat peluang, kekosongan dan mengisinya.
Lalu mengapa bukan Anda  yang melakukan ini? Jika Anda yang pertama menawarkan kepada publik sesuatu yang dibutuhkan publik dan tidak didapatkan dari orang lain, atau jika Anda berhasil mengantisipasi sebuah kebutuhan di masa depan, Anda memiliki sebuah kesempatan bagus untuk menjadi kaya. Sampai saat adanya kompetisi, Anda akan memiliki semua pasar itu sendirian.
Sejarah memberikan banyak contoh wiraswastawan yang menjadi sukses dengan memenuhi atau mengantisipasi kebutuhan akan produk baru. Isaac Merit Singer memproduksi mesin jahit yang cocok untuk bekerja di ruang terbatas, bahkan di dalam kamar sekalipun. Henry Ford memakai metode jalur perakitan untuk memproduksi mobil yang bisa  dibeli orang biasa. George Eastman melihat kebutuhan akan kamera kecil yang bisa dibawa-bawa.  Ray Krock dari Mc Donald melihat potensi usaha waralaba makanan cepat saji.
Darimana datangnya gagasan-gagasan seperti itu? Ada tiga macam sumber gagasan.
Pertama, pekerjaan Anda. Pekerjaan yang sudah Anda kerjakan bisa menjadi sebuah potensi sumber gagasan, Karena disitulah naluri bisnis Anda sudah dikembangkan.
Kedua, hobi atau minat Anda di luar pekerjaan, karena itu adalah sebuah wilayah lain dimana Anda memiliki suatu perasaan alamiah.
Sumber ketiga, adalah apa yang sering disebut orang sebagai ”observasi pejalan kaki”, atau mengenali sebuah peluang melalui suatu perjumpaan biasa, atau suatu insiden dalam kehidupan sehari-hari Anda.
Kalau Anda yang pertama, maka Anda tidak harus brilian. Nanti Anda akan  memiliki waktu untuk mengembangkan dan memperbaiki segala sesuatu yang pemah Anda lakukan. Tapi ketika yang lain mulai berkompetisi dengan Anda, maka Anda harus menjadi yang terbaik.


Bekerja Keras

Nasib seorang wiraswastawan tidak mudah. Anda harus bekerja keras. Namun, karena Anda  bekerja disebagian besar waktu Anda, pasti ada harga yang harus dibayar. Korban pertama adalah kehidupan sosial Anda. Waktu untuk berkencan, untuk keluarga, bahkan untuk bersenang-sengang tidak akan anda miliki pada masa-masa awal menjalankan bisnis anda.. Bisa-bisa ini menjadi sebuah kehidupan yang sunyi.
Dalam keadaan seperti ini Anda sangat beruntung apabila memiliki kekasih atau seorang istri yang setia menemani dalam suka maupun duka. Karena menjadi seorang wirausahawan juga adalah masalah daya tahan. Seperti mendung di musim hujan. Setelah hujan pun turun, langit akan menjadi cerah kembali.
Ada kompensasi. Semakin keras Anda bekerja, maka Anda akan semakin beruntung. Kami punya rekan, namanya Apiko Joko Mulyono. Dia, ”cuma” reporter di tabloid keluarga muslim, Fikri namanya. Sebagai employee — kalau mengikuti teori kuadran Robert T. Kiyosaki – berkat dorongan kami, dan ”keahlian interpersonalnya”,  berkomunikasi, ia kami desak menjadi jurnalis ”semi-bisnis” dalam arti, memfungsikan ketrampilan jurnalistik dan lobbynya untuk menulis soft advertorial. Meski awalnya agak ogah-ogahan, ia memula peran-peran semacam copywriter, penulis artikel soft advertorial di tabloidnya (maksudnya: rubrik bernuansa promotif, dengan dua macam kompensasi: penjualan langsung dalam jumlah minimal tertentu, atau semi-iklan). Bung Apiko, meskipun masih sayang profesi jurnalistiknya, mulai menjalankan tugas barunya.
Hasilnya? Luar biasa untuk reporter yang sepanjang empat tahunan bekerja, murni sebagai jurnalis. Apiko berhasil mencapai targetnya. Ia memang bekerja keras, dan agak mengorbankan waktunya untuk keluarga. Bukan itu saja. Ia ”tebal muka” dicibiri sebagai ”jurnalis matre” (materialis, Pen.), karena artikelnya kian selektif pada isu-isu yang ”bergizi” alias bisa menghasilkan ”penjualan langsung” ataupun ”semi advertorial”. Akibat lanjutnya, bisa ditebak. Dari ”main-main” jadi serius. Bossnya, pemimpin perusahaan tabloid Fikri, malah menargetkan jumlah tertentu perminggunya harus ia capai. target itu, tercapai, bahkan beberapa kali terlampaui. Apa yang ia kerjakan, semua orang di perusahaannya tahu. Meski pun berisiko dilecehkan, Apiko tahan banting. The show must go on. Apa yang dikerjakannya, menginspirasi unit bisnis lainnya di bawah payung holding yang sama.
”Syukur, istri saya sangat pengertian. Untuk kerja keras itu, saya bisa menabung dengan nilai yang lumayan dibanding rekan selevel saya. Saya bisa membeli sepeda motor secara tunai, dalam tahun kedua saya bekerja. Itu sesuatu yang tidak saya bayangkan sama sekali, bahwa saya mampu membelinya.” Itulah Apiko, yang karena masih sayang pada profesi jurnalistiknya, mengaku baru menggunakan belum separuh dari potensi enterprenership yang ada dalam dirinya.

”Seseorang yang bekerja 16 jam sehari akan sampai ke tempat yang ingin dicapainya dua kali lebih cepat daripada orang yang bekerja 8 jam sehari.”
David Ogilvy


Ketekunan

Jaques Cousteau, penyelidik, penemu dan ahli lingkungan dalam sebuah wawancara dengan Eugene Grisham penulis buku Achievement Factors dalam sebuah wawancara di atas sebuah jet carteran menuju Atlanta, mengungkapkan pendapat menarik. Kami kutip untuk Anda.
”Bagaimana Anda bisa mengerjakan semua itu?” Cousteau terdiam beberapa saat, lalu menjawab.
”Saya keras kepala – kalau saya punya suatu maksud di kepala saya…saya membuat daftar hal-hal untuk main-main: Amazon, Haiti, kapal Angina. Saya mencoba, dan saya tidak punya uangnya. Saya mencoba lagi, dan saya tidak dapat uangnya, dan setelah sepuluh tahun saya mendapatkannya.”
Dengan bijaksana, dengan penuh tekat dan ketekunan, selalu mengejar apa yang ia inginkan, kadang cepat, kadang-kadang pelan, ia telah mengalami kemenangan-kemenangan. Pada tahun 1943, tabung oxygen (Aqualung) yang ia kembangkan dengan Emile Gagnan, memberi kesempatan petualangan di bawah air, membuka dunia di bawah air untuk berjuta-juta penyelam scuba. Lalu ia kembangkan keterampilan sebagai seorang ahli fotografi di bawah air, dan pada tahun 1956, ia menangkan Oscar  untuk The Silent World. Sembilan tahun kemudian ia sekali lagi memenangkan oscar untuk World Without Sun. Saat ini usianya 80-an. Dan kakek Cousteau masih bekerja, masih memeriksa hal-hal yang ia catat dalam daftarnya, menyusun daftar, lalu mengeksekusi satu persatu daftar targetnya.


Fokus

Logika ”focusing”, meminjam fenomena matahari. Mahakarya Tuhan ini, sumber energi yang amat kuat, yang setiap jamnya menyinari bumi dengan jutaan kilowatt energi. Siapa pun, bisa ”mandi matahari” berjam-jam dengan risiko yang ringan.
Bagaimana dengan laser? Seberkas sinarnya, adalah energi lemah. Ia hanya membutuhkan beberapa kilowatt energi tetapi bisa difokuskan menjadi sebuah pancaran cahaya yang koheren. Dari seberkas cahaya laser, temuan ilmuwan bisa menggunakannya untuk dari memotong baja sampai mematikan sel kanker.
Beralih pada perbincangan sebuah usaha. Anda bisa menciptakan efek yang sama: sebuah kemampuan kuat laksana laser untuk mendominasi sebuah pasar. Itulah yang kami maksud sebagai ”tindakan memfokuskan”.
Ketika sebuah usaha menjadi tidak fokus, ia akan kehilangan kekuatannya. Usaha itu menjadi seperti matahari, menyebarkan energinya terlalu banyak produk, di pasar yang terlalu luas.
Konsentrasi, kemampuan untuk memberikan perhatian penuh kepada tugas yang dihadapi, dan dalam jangka panjang, berkonsentrasi pada suatu karier, merupakan satu  segi dari fokus. Tetapi bukan hanya itu. Segi lainnya, intensitas. Intensitas melibatkan kemampuan untuk menyalurkan sejumlah besar tenaga pada tugas yang dihadapi. Menjalankannya sebagai kebiasaan, akan meningkatkan karier Anda. Secara analog, fokus mempunyai pengaruh yang sama terhadap pekerjaan seseorang, bak lensa pembesar yang dipegang di atas sehelai kertas pada hari yang cerah. Memegang lensa dengan sudut yang tepat, membuat sinar-sinar berkonsentrasi pada satu titik, sanggup membakar kertas itu.
Prioritas, masuk dalam gagasan fokus. Jangan segan-segan mengubah dan menaruh yang paling penting sebagai nomor satu jika sesuatu yang tak terduga muncul. Bekerjalah atas dasar prioritas.


Tahukah Anda, apa rahasia
nomor satu sukses? Prioritas.
Helen Gurley Brown

Tentukanlah apa prioritas puncak dalam pekerjaan dengan berpikir secara cermat untuk apa perusahaan mempekerjakan Anda. Banyak orang membuat kesalahan dengan bekerja keras untuk tiap tugas yang mereka hadapi, tanpa atau dengan sedikit sekali memperhitungkan pentingnya tugas-tugas itu. Pada akhir hari, mereka akan sangat kelelahan, sambil memuji diri sendiri karena semua pekerjaan sudah diselesaikan. Sayangnya, ada saja yang tanpa sadar sudah membelakangkan pekerjaan penting (important) dan mendesak (urgent). Penting saja, mungkin bisa saja bukan di uturan teratas, tapi urgent, sesuatu yang terkait dengan deadline, yang tak bisa tidak, ia didahulukan atau sesuatu yang buruk menghadangnya.

Letakkanlah surat-surat, memo-memo dan peringatan-peringatan tentang semua tugas lainnya yang menunggu dalam map-map dengan tanda prioritas A, B, dan C.
Alan Lakein, Konsultan Manajemen Waktu

Membahas soal fokus, bisa kita mengutip pendapat Eugene Grisham dalam Achievement Factor, buku best seller dunia itu. Ia bercerita tentang faktor-faktor sukses hasil wawancara bertahun-tahun dengan tokoh-tokoh sukses dunia. Kesimpulan buku itu cuma satu: “Untuk sukses besar dalam suatu bidang, apapun bidangnya, dibutuhkan waktu setidaknya sepuluh tahun dengan tetap berfokus pada bidang tersebut.”
Kami yakin benar dengan kesimpulan buku itu. Kami punya bukti, seorang yang cukup kami kenal, sejak lulus SMA, hidup dari berdagang dan  tak pemah berpindah-pindah bidang usaha kecuali pada produk rumah tangga yang sangat digemari kaum ibu. Kenyataannya, tak sampai sepuluh tahun, ia sukses di bidang yang digelutinya. Itulah kekuatan fokus.
Bak air yang menetesi sebuah batu, setetes demi setetes; hari berganti hari, tahun berganti tahun, pada saatnya, kita akan terkaget-kaget melihat kenyataan bahwa batu tersebut telah menjadi cekung hanya karena tetesan air.

MENCIPTAKAN MASYARAKAT BERBUDAYA WIRAUSAHA

MENCIPTAKAN  MASYARAKAT
BERBUDAYA  WIRAUSAHA


Lembaga Manajemen FE UI pada tahun 1987  melakukan penelitian  dan berhasil merumuskan beberapa permasalahan utama yang dihadapi SME (small medium enterprises): 1. Sebelum investasi masalah permodalan: kemudahan usaha (lokasi dan perizinan); 2. Pengenalan usaha: pemasaran, permodalan, hubungan usaha; 3. Peningkatan usaha:  pengadaan bahan/barang; 4. Usaha menurun karena: kurang modal, kurang mampu memasarkan, kurang keterampilan teknis, dan administrasi; 4. Mengharapkan bantuan pemerintah berupa modal, pemasaran, dan pengadaan barang; 5. 60 % menggunakan teknologi tradisional; 7. 70 % melakukan pemasaran langsung ke konsumen; 8.Untuk memperoleh bantuan perbankan, dokumen-dokumen yang harus disiapkan dipandang terlalu rumit.

Pembaca, melakukan switch mental, dari mental ambtenaar ke wirausahawan, bukan soal mudah. Tapi juga, ia bukan sesuatu yang luar biasa sulit. Terlalu lama meyakini, berwirausaha itu sulit, membuat orang cenderung mematikan potensinya. Persis data tahun 1987 di awal bab ini: semua terlalu rumit!
Tahukah Anda, sejumlah orang yang sudah merasa dirinya terlalu lama menjadi orang gajian,  mulai tergelitik untuk memiliki usaha sendiri. Keinginan itu diperkuat dengan sering membaca profil sukses wirausahawan yang jumlahnya terus bertambah. Hasilnya, kebanyakan dari mereka kian yakin mereka akan memilih menjalankan usaha sendiri. ”Jiwa wirausaha”, harus dikembangkan di tengah masyarakat, karena manfaatnya bukan hanya bagi sang enterpreneur tapi juga untuk penyehatan perekonomian masyarakat umumnya. Organisasi, sebaiknya mulai menata diri untuk memiliki budaya kewirausahaan. Berikut ini beberapa diantara syarat pencapaiannya.

Kepercayaan dan Kebersamaan

Budaya organisasi harus mencakup ‘pertumbuhan’ kepercayaan timbal balik antar individu di dalamnya.  Dalam organisasi berdasar hubungan, orang tidak diatur, tetapi mereka diperlakukan sebagai individu yang layak dipercaya yang berkeinginan untuk membaktikan waktu dan tenaga mereka pada apa ”yang ingin mereka lakukan” dan ”yang harus mereka lakukan”, karena mereka memahami tidak ada pemisah antara keduanya. Jelasnya, harus terdapat jiwa kepemilikan bersama dalam sebuah organisasi,  yang membuat individu di dalamnya memiliki komitmen mengoptimalkan kerja. Komitmen semacam itu adalah kondisi yang baik untuk memulai investasi dalam bisnis, sekaligus mengapresiasi sebuah semangat wirausaha yang muncul ditengah-tengah masyarakat.

Pembelajaran Kepemimpinan Wirausaha

Ada yang dihantui rasa berat, bahwa keragaman amat sulit beroperasi secara sepakat dalam menerapkan strategi pokok. Menurut kami, yang diperlukan adalah kesanggupan untuk sepakat memanfaatkan seluruh kekuatan, saling melengkapi dalam sebuah ikhtiar kesatuan tujuan. Dengan kepemimpinan semacam ini fokus keberhasilan sudah jelas. Tanpa itu, keragaman memang menjadi ”hantu” penghambat pencapaian tujuan. Kata simpulnya, tidak lain:

Keragaman yang mencapai kesepakatan bulat, melengkapi kekuatan para pemimpin untuk mencapai tujuan yang mempersatukan.

Saling Sokong Inisiatif Wirausaha

Kebanyakan organisasi mapan beroperasi dibawah kepemimpinan yang terpusat. Desentralisasi bisnis yang melahirkan unit-unit yang terpisah, dibangun di bawah arahan penyokong yang terpilih dan berkemauan untuk mendukung insiatif-insiatif ini. Sokongan ini, tentu saja, harus berasal dari tingkat tertinggi dengan kemampuan pengambilan keputusan penuh.
     Kegiatan pendampingan penasihat, penyokongan dan pemberdayaan penting dalam mendukung para wirausahawan dalam unit bisnis yang baru. Para penyokong/pendamping, menyediakan sumber dan saluran untuk pengembangan kewirausahaan dan belajar, serta diterapkan secara konsisten.

Arahkan Tim Wirausaha

Sebelum menyinggung “arahan”, kita kenali tim wirausaha. Butir-butir berikut ini, menjelaskan tim wirausaha:

 Dimotivasi oleh rangsangan kesempatan pasar yang telah diidentifikasi untuk dikejar.
 Kualitas tim wirausaha adalah faktor yang menentukan sukses dalam perusahaan yang sangat menguntungkan. Suatu tim wirausaha terdiri dari anggota pendiri suatu perusahaan baru atau unit bisnis sokongan.
 Penting bahwa suatu tim diperlengkapi peningkatan kekuatan dan pengetahuan. Merupakan tugas pimpinan wirausaha untuk menyatukan dan menumbuhkan lapisan-lapisan ini menjadi tim kerja yang terintegrasi.
 Cara pikir yang beragam, dilengkapi “kekuatan” dan “kesepakatan untuk tujuan yang dominan”, penting bagi tim yang tepat sebagaimana campuran “keterampilan manajemen” dan “wirausaha”.
 Mengandung kesetiaan dan kepercayaan, efektivitas kerja kelompok pengambil keputusan
   
Saat menyusun tim yang spesifik dalam sebuah perusahaan, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sebagai tambahan adalah :

 Apakah si calon memiliki pengalaman dalam industri spesifik itu?
 Apakah mereka memiliki catatan yang membuktikan kompetensi mereka dalam inisiatif berwirausaha?
 Akankah mereka memiliki kredibilitas pada industrinya dan rekan timnya?
 Jaringan kerja atau sumber daya apa yang mereka bawa untuk tim?
 Apakah mereka termotivasi untuk menjadi bagian tim, unit dan diarahkan oleh inisiatif?



Hargailah Tingkah Laku Wirausaha
   
    Masyarakat kita sering mencemooh bila ada yang berprofesi sebagai wirausaha, terlebih bila ia berpendidikan tinggi, S2 apalagi S3. Ini tidak terlalu mengherankan karena stigma berpikir masyarakat kita yang sudah sedemikian terpola: “Setelah lulus sekolah lalu kerja!” Sangat  jarang yang berpikir, setelah lulus menciptakan pekerjaan. Manusia dalam katagori ini sering dibilang orang gila, nggak waras, bodoh dan sederetan kecaman lain. Barulah setelah berhasil, semua orang akan mendekat. Bukankah semua usaha yang dilakukan para entrepreneur sukses pada awalnya dianggap gila hingga ia berhasil?
    Karenanya ambil setiap kesempatan untuk menunjukkan pada kolega, rekan dan tim Anda bahwa Anda percaya pada mereka  dan memiliki keyakinan pada kemampuan mereka. Tinggallah dalam perusahaan dan tetap dalam kendali jika Anda suka, namun bertingkah lakulah sebagai pemimpin yang membantu dalam hubungan rekanan. Hargailah rekan Anda untuk memiliki saham dalam  perusahaan.


Bangunlah Jaringan Kewirausahaan
       
    Jaringan dan berhubungan dengan jaringan selalu merupakan fondasi kuat untuk membangun bisnis. Karena kita hidup di zaman pekerja berpengetahuan yang dioperasikan di bawah paradigma yang diarahkan oleh mutu tinggi dan hubungan baik, dasar tersebut sangat penting untuk keberhasilan.
    Dengan database berlimpah, digabung keuntungan praktis yang disediakan internet, diperoleh akses untuk berhubungan ataupun untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Sebelum era internet, belum pernah ada jalan semudah ini. Saat ini, dengan sentuhan jari, pengetahuan yang dipilih beserta detailnya dapat dikirimkan dan diterima. Tidak mengherankan inisiatif bisnis wirausaha dapat bergerak dengan cepat dan mudah tumbuh dengan baik dan kuat.
    Terlalu banyak organisasi yang memiliki unit yang menyimpan banyak hal untuk mereka sendiri dan cemas unit tetangga mencuri ide-ide mereka. Kurangnya hubungan dalam organisasi adalah alasan utama mengapa organisasi tersebut kehilangan kesempatan. Saat kekuatan semua sumber daya dibawakan bersama-sama, tercapai keberhasilan yang lebih besar. Sekali Anda melakukan kontak, pelihara mereka. Mereka adalah sumber daya wirausaha.
    Ada cerita dari sebuah sudut Jakarta, puluhan tahun silam. Saat itu, sudah masyhur,  bahwa perputaran uang terbesar di Indonesia terletak antara Glodok dan Jembatan Tiga. Konon di daerah Jembatan Tiga, ada kedai mie yang dikenal sebagai mie Toko Tiga. Di situ sering menjadi tempat mangkal para tauke. Bila ada yang ingin melakukan bisnis dan butuh uang, tak jarang mereka hanya mengambil secarik kertas bekas pembungkus rokok, menulis sedikit catatan diatasnya serta sejumlah angka dan menandatanganinya. Dengan bekal kertas bekas rokok tersebut si pembawa dapat melakukan peminjaman uang ke jaringan mereka di Indonesia, bahkan hingga ke luar negeri. Tapi jangan coba-coba mengingkari kepercayaan apalagi menipu. Sekali jalan ditutup tak kan terbuka lagi seumur hidup bahkan hingga tujuh turunan.
    Masih soal “jaringan” yang dirawat baik, ada contoh menarik tentang sumber daya modal yang mengalir dengan amat sederhana. Seorang kawan, mendapat cerita tentang bagaimana rekannya – seorang keturunan Tionghoa, secara rutin memperoleh kiriman dana segar dari rekan-rekannya. Usaha riilnya, melayani pengobatan alternatif tusuk jarum. Tapi bukan dari urusan pengobatan itu, ia memperoleh dana relatif lancar. “Bisakah kamu mengatakan, berapa orang yang benar-benar kawanmu? Lalu siapa diantara kawan dekatmu, yang rela memberimu sekadar uang pertemanan setahun sekali dengan nilai nominal tertentu. Setahun sekali, Bung. Takkan ada yang keberatan. Nah, modal saya, cuma telpon genggam dan pulsa. Saya ingatkan kawan-kawan saya, uang pertemannya tahun ini, saatnya ditransfer.” Nah, dengan mengirim pesan seperti itu, si shinse kecil-kecilan ini mendapat dana rutin, setiap hari dari orang yang berbeda. Semuanya, dari kawannya!
    Saat istri kawan saya ini sedang menanti kelahiran anaknya yang ketiga, ia dalam situasi tongpes (kantong kempes)! “Duitku cuma ada satu jutaan di tabungan. Paling sedikit, kalau istriku melahirkan normal, bisa habis sejutaan lebih. Kalau ada masalah, bisa lebih besar. Aku khawatir sekali. Lalu kuingat kawanku, si shinse itu. Semua nomor ha pe kawan yang ada dalam ha pe ku, kukirimi SMS, memberitahu mereka, saat ini aku sedang berdebar-debar menunggui kelahiran anak ketiga di rumah sakit. Habis itu, aku pasrah saja. Beberapa kawan membalas, menanyakan nomor rekeningku. Eh, tak lama, paginya, setelah kulunasi duapertiga biaya persalinan, aku masih punya tunggakan. Kujanjikan kepada petugas adminsitrasi, siang itu juga kekurangannya akan kulunasi. Kawan, tahu apa yang terjadi saat aku periksa saldo di rekeningku.  Saldo tabunganku, bertambah dua kali lipat. Lebih dari cukup untuk melunasi tunggakan biaya istri melahirkan. Bahkan esoknya masih ada beberapa transfer susulan.”
        Pembaca, kisah tauke Jembatan Tiga, shinse dengan sumbangan pertemanannya, dan kawan saya yang baru melahirkan anak ketiga itu, adalah contoh, betapa penting merawat “jaringan”. Jaringan, adalah sekumpulan individu yang memiliki rasa respek terhadap diri kita, karena kredibilitas pertemanan kita yang bisa diandalkan. Bisnis, di zaman kapan pun, akan eksis dengan kredibilitas semacam ini. Kewirausahaan, memang bukan cuma soal “uang” tapi juga “jaringan”. Dunia perubahan sosial menyebutnya sebagai social capital.

ENTREPRENEUR : MANFAATKAN OTAK ORANG LAIN (JARINGAN)


MANFAATKAN OTAK ORANG LAIN

Pernah berbincang, atau membaca kisah wirausahawan senior? Sebagian dari mereka, membanggakan prestasinya bukan karena mereka bersekolah tinggi-tinggi. Mereka membanggakan “kampus hidup”, dengan guru-guru “jalanan” dan kearifan menangkap “ilmu kehidupan”.
Sukses mereka, dibangun dengan realitas bisnis (dan kehidupan global) yang belum serumit zaman sekarang. Karena kerumitannya kian kompleks, wirausahawan memerlukan banyak input, termasuk dari pendidikan. maka, “success story” tempo dulu, diambil saripatinya, kearifan dan kegigihannya, bukan “semangat besar zonder pengetahuan”. Wirausahawan pun untuk sukses, memerlukan pengetahuan dan keterampilan teknis. Bagaimana ia bisa “menjual” kalau tidak mendalami “dagangannya”? Bagaimana meyakinkan orang, kalau ia tidak mengerti apa yang harus ia tawarkan?
Perlunya orang yang mampu dan berpengalaman dalam membantu sebuah bisnis, tidak perlu diperdebatkan lagi. Meskipun demikian, kualifikasi akademik yang bagus, bahkan dari institusi yang paling bergengsi, juga bukan jaminan kesuksesan di setiap tingkatan dalam  dunia korporat. Apapun perusahaannya Anda harus memiliki keterampilan teknis atau kemampuan mempekerjakan orang untuk itu. Ini yang saya sebut “bekerja dengan otak orang lain.”
Pendahulu kita, juga orangtua kita sering bilang, “Nak, pergilah ke sekolah (kuliah), kalau tidak, kamu bakal gagal menjalani kehidupan. Kamu tidak bakal sukses.” Oke, niat baik orangtua, kita terima. Tapi sukses, bukan hanya karena kepintaran. Wirausahawan sejati (kebanyakan) menikmati saat ia memimpin, menjadi pengelola usahanya sendiri. Ia memiliki orang-ornag yang bekerja padanya. Karena urusan teknis memerlukan keahlian teknis, sebagai bos, ia harus mendapatkan orang lain yang menguasai ketrampilan teknis itu. Maka ia pekerjakan seseorang yang lebih pintar daripada dirinya. Jika Anda pemilik usaha ini, maka Anda adalah bos yang mempekerjakan tenaga ahli. begitu usaha Anda sukses, selangkah demi selangkah mengisi jagad dunia usaha, bahkan Anda naik terus ke jenjang prestisius dalam bisnis yang Anda geluti, saat itu orang tak lagi peduli Anda pintar atau tidak di sekolah. Bahkan, kampus Anda saja, orang tak lagi hirau. Anda dulu anak siapa, “sesulit apa”, juga tak lagi menjadi perbincangan.
Bicara soal memanfaatkan otak orang lain, David Ogilvy, tokoh paling inspirasional dalam dunia iklan, pernah memberi nasihat. Katanya,”Pekerjakanlah orang yang lebih pintar daripada Anda.” Dengan mempekerjakan orang yang lebih pintar dari Anda, maka Anda akan lebih cepat dan banyak belajar dari mereka. Banyak orang yang lebih pintar daripada Anda pada banyak hal – menulis pidato, membangun tim, yang dengan sadar mengajar anggota tim baru berbagai keterampilan baru. Sama halnya dengan keuangan. Anda dapat belajar akunting dasar dengan cepat kepada akuntan anda.
Perusahaan yang menonjol seperti Coca-Cola, IBM, Microsoft, memiliki orang dengan kualitas menonjol hampir di semua bidang. Pekerjakanlah orang lain, buat mereka bekerja untuk Anda meskipun untuk itu, Anda harus mengeluarkan banyak uang.
Satu hal lagi yang harus diingat, jangan bergantung kepada daftar riwayat hidup dalam mempekerjakan orang, sebab semua itu dapat dibuat dan ditata sedemikian menarik, padahal sesungguhnya itu tidak mencerminkan realita yang ada. Penilaian justru didasarkan pada naluri atau insting dasar yang Anda miliki. Carilah orang yang Anda yakin:
 mampu mengendalikan bisnis
 menunjukkan antusiasme
 mampu memperlakukan staf dengan baik

Miliki orang yang memiliki komitmen untuk mengembangkan bakat. Ini merupakan satu inti kelompok bagi anda. Pastikan bahwa Anda mempekerjakan orang yang tepat, pada tempat yang tepat dan waktu yang tepat.
Bisnis berhasil karena konsep dasarnya bagus, juga naluri wirausahawan terhadap suatu momen. Wirausahawan harus mampu bersikap luwes. Kalau memproduksi bunga plastik tidak menguntungkan, dia bisa cepat berganti memproduksi rambut palsu, lalu mainan dan elektronik. Dengan begitu, perusahaannya bisa menemukan ceruk yang betul-betul menjadi awal yang baik untuk berkembang.


GAYA MANAJEMEN-nya berdasar pada akal sehat dan PERTUMBUHANNYA berasal dari momentum alamiah dan intuisi.


Keahlian bisnis dari bangku kuliah? Oke, ia adalah serangkaian “nilai studi” di atas kertas sertifikat kelulusan. Tapi, itu bukan jaminan sang alumnus sekolah bisnis, akan mampu merintis bisnis. Sebab, dengan gelar dan nilai cum laude sekalipun, sebatas “jaminan” penguasaan administrasi bisnis. Dan administrator bukanlah wirausahawan. Jangan berharap, setelah sukses studi Master of Bussiness Administration (MBA), misalnya, sang alumnus akan mengurus sebuah industri, melibatkan keluarganya total bekerja bersamanya – mungkin tanpa upah dulu - sampai usahanya sukses. Ini bukan “kelas” akademisi bisnis, tapi dunianya  seorang wirausahawan dengan  energi  juang bisnis yang tinggi.  Akademisi bisnis, memang diperlukan dalam sebuah usaha, karena perannya berkait erat dengan langkah pembenahan sistem manajemen dan kontrol dalam sebuah bisnis. namun begitu, sang master administrasi bisnis, tidak bisa memulai bisnis itu sendiri.
Jika Anda bekerja dengan orang yang sangat cemerlang dibidangnya dan memiliki beragam bakat dan latar belakang, Anda akan mengembangkan sebuah tim dengan kekuatan dan kelenturan yang baik. Adalah esensial untuk mampu mengenali bakat sejati dan mengembangkannya.
Memakai otak orang lain adalah benar-benar suatu kesenangan jika anda suka permainan dalam tim. Bekerja dengan seorang yang tidak Anda sukai secara aktif, di sisi lain, bisa menjadi sebuah pengalaman yang sangat membuat stress, walaupun mereka sangat cakap dalam pekerjaannya.
Anda tidak akan pemah menyesal bekerja dan berkembang bersama orang-orang berbakat. Orang-orang seperti ini yang akan membuat Anda menjadi wiraswastawan yang lebih sukses. Satu fakta menarik, bisa diperlhatkan di sini, bagaimana figur kharismatik di sebuah di desa tertinggal, menarik ”orang-orang terdidik” untuk berbuat sesuatu didesanya. Ia, figur yang mampu bekerja dengan otak orang lain, meskipun cuma berbekal Sekolah Rakyat ”Ongko Loro” (Angka Dua). Contoh serupa itu, kami temukan di Cijeruk, Bogor Selatan. Ada Haji Zakaria, punya tanah lumayan luas, pendidikannya cuma SR, tapi ia bisa mengoptimalkan lahannya sebagai contoh bagi pertanian di desanya dan desa-desa sekitarnya, saat melibatkan mulai LSM Pertanian Organik sampai Dinas Pertanian setempat, memperlihatkan bagaimana bertani yang baik dan bernilai bisnis.

KIAT UNTUK MENGHADAPI KEGAGALAN

KIAT UNTUK MENGHADAPI KEGAGALAN


Calon wirausahawan harus siap gagal. Fahamilah makna kegagalan. Tanpa faham filosofi itu, jangan berpikir mau mengambil jalan menjadi wirausaha. Alasannya, ada yang sukses dalam usahanya, ada yang belum berhasil. Pengusaha mengetahui bahwa ”kegagalan” bukan akhir permainan dan tidak boleh takut mengalaminya. Ia menyadari dengan keberanian, bahwa bisa saja mengatasi sesuatu yang tidak mungkin untuk berhasil.
Menghadapi risiko, adalah gabungan kerja keras, kecerdikan, kehati-hatian, kecermatan  membaca peluang dan kesiapan menghadapi kegagalan maupun keberhasilan.  Happy ending sebuah ikhtiar adalah keberhasilan. Ini dicapai, tentu setelah melewati keberhasilan demi keberhasilan kecil, seperti keberhasilan menyingkirkan kesulitan dan bahaya. Proses ini dibangun dari kesungguhan melahirkan segenap potensi diri seorang wirausahawan. Dengan begitu, ia mengubah “kekalahan menjadi kemenangan”, sebuah proses yang kecil peluang pencapaiannya tanpa kesiapan mental menghadapi kegagalan. Kalau Anda termasuk yang tidak siap gagal, lebih baik jangan meniti jalan ini. Bahkan, mengimpikannya saja, jangan!
Setiap kegagalan adalah pelajaran yang mendorong pengusaha untuk mencoba pendekatan baru yang belum pemah dicoba sebelumnya. Bagi pengusaha sejati, “Berani Gagal” berarti “Berani Belajar”. Dengan gagal dan dengan belajar, pengusaha bertumbuh menjadi orang yang lebih baik dan belajar bagaimana menciptakan kekayaan sejati. Walaupun pengusaha kehilangan kekayaan materi yang telah mereka peroleh, mereka tahu bagaimana menciptakan semua kekayaan itu lagi. Pelajarannya tidak pemah hilang. Sebaliknya, mereka yang tidak pemah mengalami perjalanan yang sulit dan menemukan kekayaan dengan mudah, tidak akan tahu bagaimana menciptakan kekayaan ketika mereka kehilangan. Dengan kata lain, mereka yang tidak gagal tak akan tahu kekayaan sejati.
Gemerlap materi, pada komunitas bahkan kehidupan sosial yang serba benda (materialistis), lebih banyak memperoleh penilaian tinggi. Sebaliknya, siapa pun mengalami kegagalan, sudah mendapat stempel sosial sebagai manusia yang kehilangan harga. The looser dunia usaha, sering menjadi figur yang menghadapi titik balik sikap sosial terhadapnya. Dulu, saat masih jaya, ia banyak rekan dan kolega, setelah gagal dalam usahanya, hampir semua rekan dan kolega yang dulu mendukungnya, menebar senyum ramahnya, bahkan mengajak bermitra, hilang sudah! Akibat cara pandang seperti ini, banyak wirausahawan yang traumatik terhadap kegagalan. Ini, “awal kematian” benih-benih kewirausahaan. Semua pihak harus mengubah sikapnya: doronglah  masyarakat menjadi pihak yang turut membangun keberanian banyak orang untuk respek terhadap ikhtiar orang meraih keberhasilan dalam bisnis. Gagal atau keberhasilan, bukan menjadi satu-satunya alasan menghargai atau meremehkan wirausahawan. Tentu, sembari tetap mentransfer sikap-sikap arif, bahwa dalam setiap kegagalan selalu ada pelajaran berharga. Seorang bijak berkata,”sukses hanyalah pijakan terakhir dari tangga kegagalan.”


Kita perlu menggalakkan orang untuk berani mengambil resiko. Hal ini membutuhkan pola pikir yang sangat berbeda. Untuk kita, itu berarti mengabaikan peraturan yang telah berlaku baik selama 30 tahun lebih.

Lee Kuan Yew, mantan PM Singapura
Yang Diperlukan Untuk Menghadapi Kegagalan

Ada banyak pembahasan tentang tips menghadapi kesuksesan. Tetapi bagi kami, sama pentingnya, menyiapkan sejumlah hal untuk menghadapi kegagalan! Billy P.S. Lim, motivator kelas dunia yang berbasis di Malaysia, pernah menanyakan kepada peserta trainingnya tentang satu masalah menarik. ”Mengapa orang akan tenggelam apabila jatuh ke dalam air?”
Berbagai jawaban diberikan tetapi yang paling sering ialah ”Dia tak dapat berenang.” Yang hadir heran, karena Lim menyalahkan jawaban itu. Yang hadir mengira, Lim bercanda. Untuk menyakinkan mereka, Lim memberi contoh kejadian orang tenggelam di air sedalam tiga inci. Akhirnya, ia memberitahu jawabannya, yang  akan ia berikan kepada Anda sekarang. Kami kutip pendapat Lim: ”Orang tenggelam karena dia menetap disitu dan tidak menggerakkan dirinya ke tempat lain.”
So? Berapa kali orang jatuh tak jadi soal. Yang penting kemampuannya untuk bangkit kembali setiap kali jatuh.


Ukurannya, Bangkit Lagi
  
Jangan ukur seseorang dengan menghitung berapa kali dia jatuh, ukurlah ia dengan beberapa kali dia sanggup bangkit kembali. Seseorang yang mampu bangkit kembali setelah jatuh, tidak akan putus asa. Menyedihkan, mendengar bahwa banyak orang seperti mereka, setelah sekali dua kali gagal, memilih untuk menetap di situ dan akhirnya mati sebagai orang yang sebenar-benarnya gagal, tersungkur, dan tidak bangkit lagi.
Apakah kualitas diri kita akan membantu bangkit kembali setelah kita terjatuh? Kualitas diri sendiri adalah sesuatu yang mesti saya sebutkan, karena kalau tidak, makna buku ini tidak sempuma.


”Tidak ada apapun di dunia ini yang bisa menggantikannya. Bakatpun tidak; Banyak sekali orang berbakat yang tidak sukses. Kejeniusanpun tidak; Jenius yang tidak sukses sudah hampir menjadi olok-olokan. Pendidikanpun tidak; dunia ini penuh dengan orang terpelajar. Hanya kemauan dan ketabahan saja yang paling ampuh.”

Ya, ketabahan, yakni kemampuan bangkit kembali untuk kesekian kalinya setelah terjatuh. Dalam benturan antara sungai dan batu, air sungai senantiasa menang  bukan dengan kekuatan tapi dengan ketabahan. Seberapa jauh Anda jatuh tidak menjadi masalah, tetapi yang penting seberapa sering Anda bangkit kembali.
Apabila Anda dapat terus mencoba setelah tiga kegagalan, Anda dapat mempertimbangkan diri untuk menjadi pemimpin dalam pekerjaan Anda sekarang. Jika Anda terus mencoba setelah mengalami belasan kegagalan, ini berarti benih kejeniusan sedang tumbuh dalam diri Anda. Seperti Thomas Alfa Edison, saat ditanya, bagaimana ia bisa bertahan setelah ribuan kali gagal? Penemu bola lampu dan pendiri perusahaan kelas dunia, General Electric ini menjawab,

”Saya tidak gagal, tetapi menemukan 9994 cara yang salah dan hanya satu cara yang berhasil. Saya pasti akan sukses karena telah kehabisan percobaan yang gagal.”

Sungai Colorado mengalir tabah terus-menerus, melahirkan Grand Canyon. Charles Goodyear yang tekun, membuahkan ban yang memungkinkan kendaraaan melaju kencang. Tabahnya Wright bersaudara membuahkan pesawat terbang. Bethoven, mengisi dunia dengan musik inspiratif, John Milton membuahkan karya puisi indah yang menyejukkan hati, perempuan tuna netra yang tegar Helen Keller, memberikan harapan kepada semua orang cacat, ketabahan Abraham Lincoln membuatnya terpilih menjadi presiden. Dan, tentu, Thomas Alfa Edison, memberi kita cahaya listrik. Kesuksesan tergantung pada kekuatan untuk bertahan. Kurang tabah merupakan salah satu alasan orang gagal dalam bisnis, politik, dan kehidupan pribadi.

Setiap orang sukses menyatakan bahwa kesuksesan hanya berada di luar ketika mereka yakin idenya akan berhasil.”
Dr. Napoleon Hill



Menarik Hikmah, Jangan Menyerah

Anda tumbuh menjadi semakin dewasa dan bijaksana. Dulu Anda menanggung kegagalan secara pribadi. Ketika kulit Anda mulai berkerut sejalan dengan perjalanan usia, Anda cenderung belajar dari kesalahan - kesalahan Anda
Cheong Chonng Kong

Secara sederhana, kegagalan adalah situasi tak terduga yang menuntut transformasi dalam sesuatu yang positif. Jangan lupa bahwa Amerika Serikat merupakan hasil dari kegagalan total. Karena Columbus sebenarnya ingin mencari jalan ke Asia.
Eugenio Barba.


Mengantisipasi bencana sejak dini, karakteristik seorang entrepreneur. Jangan biarkan kebanggaan dan sentimen mempengaruhi keputusan-keputusan Anda. Sebuah gagasan gagal, adalah pelajaran ada saat untuk bangkit kembali untuk mengejar target-target Anda berikutnya.


Babe Ruth, pemain baseball terkenal, tidak hanya mencetak 714 home run, namun dia juga pernah luput (strike out) 1330 kali.

Ray Meyer, pelatih bola basket legendaris di DePaul University telah memimpin timnya memenangkan 37 musim, kompetisi. Saat timnya kalah, setelah kemenangannya yang ke-29, dia ditanya bagaimana perasaannya. “Luar biasa!” katanya. “Sekarang kami dapat mengkonsentrasikan diri bagaimana memenangkan permainan daripada memikirkan kekalahan ini.”
Kegagalan, jangan biarkan sebagai sesuatu yang final. Entrepreneur sejati, memandang  kegagalan sebagai awal, batu loncatan untuk memperbaharui kinerja bisnis mereka di masa mendatang. Pemimpin tidak menghabiskan waktunya memikirkan kegagalan.
Untuk memicu kesiapan mental Anda, kita belajar dari cerita tentang seorang eksekutif IBM yang memiliki prospek cerah. Ia baru saja melakukan kesalahan transaksi yang merugikan perusahaan jutaan dollar. Thomas J. Watson, pendiri IBM, memanggil eksekutif muda itu ke kantornya. Spontan eksekutif itu berkata.


“Saya tahu Anda pasti meminta saya mengundurkan diri, bukan?”
”Anda tidak perlu cemas. Kami baru saja mengeluarkan jutaan dolar untuk mendidik Anda!” Begitu jawab Watson.

***
Perusahaan seperti milik kami harus menciptakan suasana di mana orang-orang tidak takut mengalami kegagalan. Ini berarti kami menciptakan sebuah organisasi dimana kegagalan tidak hanya ditoleri tetapi ketakutan dikritik karena menyampaikan gagasan bodoh juga dihilangkan. Jika tidak, maka banyak orang yang merasa cemas dan tidak nyaman. Dan gagasan-gagasan brilian yang sangat potensial tak akan pemah terucapkan dan tak akan pemah terdengar. Kegagalan masih bisa ditolerir selama itu tidak menjadi kebiasaan.
        Michael Eisner, Walt Disney Corp.

Jadi? Ya, gagal bukan kiamat bisnis, tapi jangan kelewatan. Apalagi menjadi “kebiasaan”. Kerjakan yang mampu dilakukan, semakin terbatas sumber dana, Anda patut semakin bijaksana. fahami, kapan harus meminimalisasi kerugian. 

Bila Jatuh, Cepatlah Bangkit

Di dunia kerja, yang disebut masalah sesungguhnya adalah kesempatan yang menunggu, dipungut.
Henry J. Kaiser


”Bagi saya pribadi, krisis Asia telah berakhir pada saat dimulainya persaingan untuk mendapatkan hotel Regent Bangkok pada bulan Maret  1999. Setelah melewati masa-masa sulit selama dua tahun sebelumnya, mendadak saya memutuskan mengikuti lomba balap Ferari di Perancis serta bersaing di ring dengan Goldman Sachs Co., salah satu bank investasi terbesar dunia.”
William E. Heinecke, konglomerat Thailand
Pembaca, saat banyak konglomerat bangkrut dan bank-bank mengalami kegagalan di Thailand, tujuh hotel milik Heinecke, restoran siap saji dan perusahaan lainnya terus berusaha keras keluar dari krisis serta berusaha mendulang keuntungan di tahun 1998. Meskipun banyak analis meramalkan tentang pertumbuhan ekonomi pada tahun 1999 dan menguji Baht Thailand, tidak banyak perusahaan yang bisa menandingi kemampuan kerja kelompok bisnis Heinceke.
Fantastis, hotel Heinecke mengalami kenaikan 24%, 246 restoran kelompok bisnisnya menarik lebih dari tak kurang dari lima juta pelanggan! Pada tahun 1997 kelompok perusahaan Heineke mengalami kerugian 1 milyar baht, tetapi setahun kemudian tiga perusahaannya yang telah go public, mendapatkan keuntungan bersih 500 juta baht, pada triwulan pertama tahun 1999, keuntungannya lebih banyak lagi.
Belum yakin, kegagalan, hanyalah sebuah tikungan tajam yang menuntut ”kendaraan” usaha, sedikit mengurangi kecepatan, lalu di depan, begitu melihat ”jalan mulus peluang”, Anda bisa menebusnya dengan kecepatan yang lebih tinggi. Bisnis Heinecke di Thailand, saat ini benar-benar telah pulih.
Regent Bangkok, salah satu hotel terbesar di Asia, tingkat huniannya tetap tinggi. Saat itu, Regent di bawah kontrol beberapa perusahaan yang sedang mengalami kesulitan keuangan dan manajerial seperti halnya perusahaan-perusahaan lainnya di Thailand sehingga mereka berusaha untuk menjual saham Regent. Regent dimiliki oleh Rajadamri Hotel Company yang kemudian 32% sahamnya dimiliki oleh sebuah perusahaan Jepang yang telah bangkrut yang diwakili oleh sebuah bank Jepang yang cukup besar.
Masih ada lagi faktor lain yang lebih penting. Rajadamri Hotel Company juga memiliki 26% saham hotel bintang lima milik Heinecke, di Thailand Utara, Regent Chiang Mai. Heineke enggan menjualnya pada orang asing karena ia tak ingin ada orang asing menguasai tanah keramat itu. Bagi Heinecke, ikut ambil bagian dalam kepemilikan saham Regent Bangkok yang dijual pada awal tahun 1999 merupakan tindakan yang tepat, setelah sebelumnya ia sudah memiliki saham Regent hampir 29%.
Apa kata Heineke tentang pelintasan bisnisnya yang penuh tikungan di masa krisis ini?

“Ini adalah persaingan dimana saya harus mengeluarkan segala strategi dan kemampuan yang telah saya pelajari : mempercayai intuisi, menggunakan jaringan kerja kontrak yang mapan, menggunakan sejumlah pakar dan merencanakan strategi-strategi dalam situasi yang selalu berubah cepat jika diperhatikan, persaingan ini merupakan mikrokosmos semua strategi. Saya berusaha menguji kemampuan saya dengan lawan-lawan yang benar-benar tangguh. Goldman Sachs, salah satu grup investasi terkuat di dunia ini, merupakan pemegang saham individu terbesar Regent Bangkok, tapi itu tidak berarti bahwa mereka bisa berbuat sesuka hatinya. Saya kira bagi seorang yang tidak lulus perguruan tinggi, hasil seperti ini sudah cukup memuaskan”.



Bila Semuanya Gagal

Tekun, mengerahkan segenap daya, dan masih gagal juga. Apa yang harus kita lakukan?


Saat gagal menimpa, kendati lelah dan kecewa berat, jangan matikan energi kreatif Anda. Tetaplah berpikir kreatif. Sempurnakan produk yang ada, atau hasilkan produk baru atau usaha baru yang mungkin belum terpikirkan.
Jangan terpaku pada karier dan keterampilan yang dimiliki, yang terlalu lama bersandar pada lingkungan di mana kita dibesarkan atau selama ini bergulat. Kadang kala apabila seseorang gagal setelah berusaha dengan tabah dan mengerahkan sepenuh tenaga untuk sekian lama, mungkin tiba saatnya ia mengkaji kembali bidang yang digeluti dan menilai apakah ia mampu untuk mendapatkan apa yang dinginkannya di bidang tersebut.
Banyak cara untuk mencapai  tujuan hidup. Sebagian lebih cepat atau lebih lambat daripada yang lain. Sebagian kurang berisiko tetapi lebih lambat daripada yang lain.
Saran kami, janganlah terlalu kaku mengatakan bahwa Anda tidak bisa berubah. Kami sendiri, kerap berubah seiring dengan perkembangan in put dan stimulasi kondisi di sekitar kami. Tanpa itu, bagaimana mungkin kami menyusun sebuah buku, memberi pencerahan bagi banyak orang?
Kadang kala dalam kehidupan kita terpaksa menekuni bidang usaha yang berlainan dan kita mesti menyesuaikan segala  keterampilan dan bakat yang tidak kita peroleh dari bidang-bidang usaha di masa lalu. Lalu? Salurkan kekuatan itu di bidang usaha yang baru. Mungkin, kita dipaksa mempelajari keterampilan baru, sebagai konsekuensi menghadapi tantangan serba-baru itu.
Pernahkah Anda bertanya bagaimana orang Jepang bangkit kembali dari kehancuran PD II untuk menjadi pengusaha ekonomi yang unggul saat ini? Dulu, produk Jepang sempat dinilai murahan, tidak berkualitas, dan stigma jelek lainnya. Tapi sekarang, sulit bagi kita untuk hidup tanpa barang-barang buatan Jepang di dalam rumah kita. Ini tidak hanya berlaku di Negara kita saja, tetapi bahkan di seluruh dunia.
Orang-orang Jepang tidak menciptakan mobil. Tidak juga kamera, kulkas, televisi, AC, mesin cuci, penghisap debu, film atau system perangkat audio berkualitas tinggi. Mereka tidak menciptakan banyak benda. padahal yang mereka lakukan ”hanyalah” meniru.
Hakikat :peniruan ala Jepang”, sarat pesan penting bagi calon entrepeneur. Di sana ada proses penyempumaan  tanpa kenal lelah, sampai akhirnya ”tiruannya” lebih baik dari aslinya! Mereka menggunakan ”kreativitas” untuk menyempumakan barang yang sudah ada. Tak ada yang membantah, Jepang meraih suksesnya. Kultur entrepreneurship tumbuh subur di sana, menyebar menguasai dunia.
Jika Anda menyadari bahwa Anda tidak berhasil mencapai tujuan Anda pada suatu pekerjaan di mana Anda telah dilatih untuk melakukannya, latihlah atau lengkapi diri Anda dengan pekerjaan yang memberi peluang meraih yang lebih baik di masa depan. Janganlah gantungkan diri Anda pada satu keterampilan saja. Sebagai manusia, Tuhan memberi kita kemampuan untuk mempelajari keterampilan baru dan menerjuni bidang usaha lain. Jangan ”hidup-mati” Anda gantungkan pada satu bidang saja. Orang lain bisa sukses. Anda tentu juga bisa. hanya saja, ada yang lekas tercapai, ada yang masih berliku.

”Jangan malu karena gagal, …seperti Christopher Colombus.”

”Ketahuilah apa yang akan Anda lakukan, lakukanlah dan jangan menunda kembali. Jika Anda membuat kesalahan, buatlah kesalahan yang hebat. Seperti orang yang sampai di persimpangan jalan dan bertanya,”Arah manakah yang perlu saya tuju, arah sana atau sini?” Pergi saja! Pilih satu arah dan pergilah. Unsur masa itu pasti ada. Segala sesuatu mempunyai waktu dan tempat yang wajar.”
Gum Rutt

Tengok kiri-kanan Anda. Produk Cina, membanjiri negeri ini. Bayangkan, seperti apa sepuluh atau duapuluh tahun yang akan datang? Akankah ini kita terima sebagai ”keharusan ekonomi”? Tidakkah Anda mulai berpikir hal yang sebaliknya? Anda bisa!